Selasa, 22 Maret 2016

Untuk Masa Lalunya...

Dear, mbaknya. Saya ingin meluruskan apa-apa yang sudah kamu tuduhkan. Saya tidak pernah berniat mengambil (mantan) lelaki kamu. Tidak. Saya tidak pernah menggoda dia. Tidak. Mantan lelakimu itu, ada hati. Ia akan tau apa-apa yang harus ia lakukan. Apa-apa yang ia rasakan. Saya mencintai dia. Tidak tahu sebesar cintamu atau lebih. Yang saya tau, yang saya mau, dia. Mempertahankan dia. Mencintai dia sebisa saya. Saya tidak tau ceritamu dan dia di masa lalu. Biarkan menjadi cerita lampau yang pernah ada. Saya tidak peduli dengan masa lalunya. Masa lalu dia, miliknya. Saya hanya ingin masa depan dan genggam erat yang janjinya tak akan pernah lepas. Terima kasih sudah menjaga dia. Terima kasih sudah mencintai dia sebesar itu. Terima kasih sudah membuat dia menjadi satu-satunya. Tapi itu dulu, bukan? Sekarang biarkan saya, menjaga dia yang dulu kamu cinta. Biarkan saya mencintai dia dengan cara yang saya suka. Biarkan saya mempertahankan dia sekeras yang saya bisa. Biarkan saya melukis segala tawa indah yang ada. Biarkan saya mempertahankan peluk yang selalu saya mau. Biarkan saya mengenggam tangan yang selalu ada hangat. Tolong, biarkan saya menjadikan dia menjadi kita. Mungkin sebelum ada saya, ada kamu yang begitu mencintainya. Tapi, saya mencintainya sekarang. Saya beritahu, cinta tidak melulu indah. Kadang ada luka dan lara. Kadang ada hati yang harus sakit untuk mendapatkan apa yang kita butuh. Maaf, saya mencintai lelaki yang sama denganmu. Maaf, saya tidak bisa memberikan ia untukmu. Maaf, telah menoreh luka karena saya dengannya. Jangan membenci kami, ya? Masa Lalu di Masa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar