Kamis, 10 Maret 2016

Lelaki yang Gemar Menghilang

Hai bunt apa kabar? Mengapa begitu sering kau menghilang sekarang, membuat aku, yang bukan siapa-siapa mu ini kebingungan. Menunggumu? Sudah pasti itu aku lakukan, tapi tetap saja tak pernah ada jawaban. Kau tetap disana dan tak ada kabar. Berbagai kemungkinan muncul dibenakku tiap malam, apakah kamu sedang sibuk dengan berbagai kegiatan disana? Apakah kamu bertemu dia, seseorang dari masa lalu yang membuatmu belum bisa memindahkan sesuatu, hati. Apakah kamu sengaja menghilang untuk dicari. Atau, memang kamu tidak berkewajiban memberiku kabar setiap hari, mengingat kita hanya sebatas gurauan, hanya sebatas hubungan sederhana yang dilebih-lebihkan, hanya sebatas aku mempercayakan sesuatu padamu dan kamu tidak tahu. Karena tiap hati punya kapasitas penampung rindu dan rasa, pun benci. Jika sudah meluap aku tak bisa apa-apa selain menulis surat ini. Disini, titik lelahku mencintai kamu seperti ini, seperti orang bodoh, dalam diam dalam waktu yang tak akan pernah bisa kamu bayangkan. Ini bukan salahku kan?Tak ada yang pernah tahu dan mau rasa seperti ini datang bersarang. Begitu menyiksa, aku harus sendiri melewati rindu-rindu saat purnama sedang kamu entah memikirkan siapa. Setelah kamu membaca surat ini, aku ingin kamu bersikap seperti biasa, tak perlu pura-pura menumbuhkan rasa, karena aku tahu kamu tidak akan bisa. Aku hanya senang tiap kali di dekatmu, menikmati wajahmu, tanpa rasa cemburu tanpa kamu harus tahu. Tapi mungkin aku sudah tidak ingin seperti itu, aku sudah berusaha memantaskan diri, namun kamu juga tak kunjung disini. Aku hanya sudah tidak ingin lagi hanya menjadi tempat singgah, aku ingin kau akui sebagai rumah. Tapi mungkin di dalam sana, dihatimu itu masih ada penunggu yang tak mau ada aku. Dan aku, mungkin sudah kehabisan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar