Senin, 28 Maret 2016

Sudah Bahagia Bunt??

Selamat siang, Bunt ku Sayang. Kali ini aku ingin bercakap-cakap denganmu melalui tulisan. Meski aku tahu kamu bukan orang yang suka membaca, tapi ini semua bukannya tanpa alasan. Hanya saja, kadang ada beberapa hal yang lebih sulit disampaikan melaui ucapan, bukan? Jadi, untuk beberapa menit kedepan, cobalah bertahan sampai surat ini aku selesaikan. Sayang, bagaimana kabarmu? Asal kamu tahu. Aku tidak sedang menanyakan kabarmu hari ini, karena itu sudah kamu jelaskan dengan panjang lebar setiap pagi. Yang aku ingin tahu, adalah kabarmu setelah dua tahun ini bersamaku. Apakah kamu merasa baik-baik saja dengan semua kurangku? Ataukah malah itu semua membuatmu merasa terganggu? Maaf kalau penasaranku menyudutkanmu. Aku hanya tidak mau kamu diam-diam menyesal tanpa sepengetahuanku. Lalu, bagaimana keadaanmu? Sebelum kamu menjawab, aku beri tahu. Bahwa lagi-lagi aku tidak sedang menanyakan keadaanmu hari ini, karena itu hanya akan menjadi sekedar basa-basi. Yang ingin aku tahu adalah keadaanmu setelah dua tahun ini bersamaku. Apakah kamu merasa bisa menerima semua sifat burukku? Atau malah sekarang kamu tengah berpikir untuk membuangku? Maaf jika kamu risih dengan pertanyaanku. Aku hanya tidak ingin kamuternyata merasa kecewa dibelakangku. Karena, Sayang. Saat kembali melangkah, aku ingin kita menyamakan arah. Maka itu aku ingin memastikan bahwa meskipun denganku kamu kadang merasa lelah, kamu tetap tidak akan menyerah. Karena, Sayang. Perihal kita, aku tidak ingin sendirian berbahagia. Maka itu, sebelum kita semakin lama bersama-sama, aku ingin memastikan bahwa untukmu aku yang seperti ini benar-benar tidak apa-apa. Maka itu, sebelum kita kemana-mana aku ingin bertanya. Apakah bahagia kita sudah sama?

Untuk Cinta Pertamanya Bunt ku :)

Selamat Siang. Perkenalkan aku adalah kekasih dari seorang lelaki yang aku tahu sangat-sangat mencintaimu. Meskipun sampai dengan saat ini aku belum berani bertatap muka secara langsung denganmu, tapi jujur saja rasanya aku merasa telah sedikit banyak mengenalmu. Bagaimana tidak? Kekasihku itu, ia tak pernah alpa untuk selalu menyertakan cerita tentangmu setiap kali kami bertemu. Ia ceritakan padaku, betapa cantiknya dirimu, betapa pintarnya dirimu, betapa enaknya masakanmu, atau tentang betapa ia ingin membahagiakanmu. Cemburu? Tidak. Bukannya cemburu, aku malah merasakan keinginan yang sangat kuat untuk benar-benar mengenalmu. Aku semakin ingin belajar darimu mengenai hal-hal yang membuatnya begitu tergila-gila padamu. Begitu istimewanya dirimu, sampai setelah sekian banyak perempuan sebelum aku cintanya masih tetap begitu penuh untukmu; cinta pertama kekasihku. Sebaliknya, aku pun tahu bahwa kamu begitu mencintainya. Ya aku juga. Tapi cinta yang kugadang-gadang itu belum ada apa-apanya dibandingkan perasaanmu. Perasaanku masih perlu banyak diuji, sementara perasaanmu sungguh layak aku puji. Tapi bagaimanapun niatku menulis surat ini bukan untuk mengadu denganmu soal siapa yang lebih dicintai olehnya. Bukan pula untuk mencari tahu perihal siapa yang paling tulus mencintainya. Aku tak mau membuang-buang waktu, karena kitatentu sama-sama tahu bahwa pemenang dari kedua hal itu jelas bukan aku. Aku menulis surat ini hanya untuk menyampaikan banyak terimakasih padamu. Untuk setiap pelukan yang melapangkan hatinya ketika beban menghimpitnya tanpa ampun. Aku rasa itulah yang mengajarkannya cara memelukku dengan tepat ketika hatiku tengah sesak hingga rasanya hampir retak. Terimakasih untuk setiap ciuman hangat yang tentu membuatnya merasa bahwa didunia ini ia begitu dicintai. Aku yakin, itulah yang membuatnya begitu paham bagaimana cara mencintaiku dengan benar; tak berlebihan juga membuatku tak merasa kurang. Terimakasih untuk setiap jerih dan payah yang tak pernah kau perhitungkan demi senyumnya. Itulah yang membuatnya tersenyum dengan begitu manis dan membuatku berkali-kali jatuh cinta. Dan terimakasih, karena telah melahirkannya (semoga) untukku.

Tahun ke-2 Bunt

Aku menyuratimu untuk memberi tahu, bahwa dua tahun lalu, aku adalah perempuan yang memelihara banyak kekhawatiran. Aku menakuti masa depan dengan segenap buah tangannya yang masih penuh kemungkinan. Sampai ketikakamu menemui, dan hari mulai kunikmati. Menyingkirkan kekhawatiran pada keterasingan, yang kemudian membuat mereka bosan dan melebur diri pada doa-doa menenangkan. Aku menyuratimu untuk memberi tahu, bahwa satu tahun lalu aku sebenarnya adalah perempuan yang masih senang menimbun segudang pertanyaan. Aku gemar meragukan pernyataan, terlebih perihal perasaan yang begitu rentan. Tapi kamu seringkali datang dan mengajakku berbincang-bincang. Menjawab setiap pertanyaan yang bahkan belum diberi kesempatan, hingga akhirnya mereka tak punya pilihan selain turut melarut dalam kelakar-kelakar ringan. Dan aku menyuratimu untuk memberi tahu, bahwa kini ketika detik Mampir menahunkan dirinya dalam deret angka yang ke-dua, kamu pun telah menjadikanku perempuan yang begitu tekun menitipkan banyak pinta pada semesta. Tentang kelak, dimana kerinduan menamatkan kisahnya pada kebersamaan yang menua dengan bahagia yang banyak. Tentang kita, yang tak bosan bercengkerama meski dengan gigi yang entah kemana. Tentang cinta, yang tetap memeluk kita meski kulit tak lagi melekat dengan sempurna. Maret 2016 Perempuan yang selalu senang menyuratimu.

Rabu, 23 Maret 2016

25 Maret

Sebuah hari di 25 Maret. Seorang lelaki berjaket tebal berdiri menyapa. Membuat seorang wanita yang berdiri tujuh meter di depannya nyaris pingsan karena bahagia. Lelaki itu, seseorang yang wanita perjuangkan sejak dua tahun lalu. Dan 25 Maret adalah hari dimana pertamakali mereka bertemu. Sebuah hari di 25 Maret. Terus terngiang di kepala si wanita, sebuah kalimat dari Paolo Coelho bahwa aku mencintaimu karena seisi jagad raya ini bekerjasama membantuku menemukanmu. Hari itu, si wanita merasa harus berterimakasih kepada seisi jagad raya, untuk telah memberikan apa yang selama ini dia tunggu. Sebuah hari di 25 Maret. Andai hari itu adalah sebuah kaset DVD, wanita itu pasti akan mengulangnya seribu kali. Sebuah hari di 25 Maret. Untuk pertama kalinya si wanita berdoa semoga lampu merah di jalanan menyala lebih lama, dan berharap hujan turun tiba-tiba. Sebuah hari di 25 Maret Pertama kalinya si wanita membagi mimpinya. Menceritakan cita-citanya. Obrolan panjang yang lelaki itu tidak tau, bahwa sebenarnya dialah yang menjadi inti cerita. Sebuah hari di 25 Maret. Untuk lelaki bertubuh buntal, kamu pasti tau bahwa pesan pun bisa disampaikan melalui gelombang cahaya. Cahaya itu ada disepasang mata seorang wanita yang sudah menyayangimu sejak lama. Andai kamu lebih peka. Sebuah hari di 25 Maret. Terimakasih telah membuat wanita itu yakin bahwa dua tahun perjuangannya sama sekali tidak sia-sia. Sebuah hari di 25 Maret Suatu hari nanti wanita itu akan menceritakan kepada sang lelaki, betapa indahnya hari di 25 Maret, ketika mereka bertemu untuk pertama kali. Saat ini 25 Maret Kembali Hadir, genap 731 hari, Untuk Lelaki bertubuh Buntal Terima kasih Telah Mengetahui tiap inci kekurangan dan tetap memilih Tinggal. :) ({}) :*

Untuk Lelaki Yang Menua Denganku

Kepada seseorang yang kelak menemaniku menua, Permintaanku sangat sederhana, cintai aku sebagai segalamu. Sebab aku adalah seseorang yang selalu ingin menjadi rumah tempatmu pulang. Aku wanita yang begitu mudah menangis, kemarin aku melihat seorang lelaki menulis kata "akulah seseorang yang mencintaimu dan menyimpan kebahagiaan di sepasang matamu” kepada istrinya. Dan aku menangis karenanya, aku iri kepada wanita yang dicintai sedemikiannya, aku iri pada wanita yang selalu ingin dibahagiakan oleh lelakinya, aku terlalu iri melihat sepasang cahaya yang terbit dari mata lelaki tiap kali memandang senyum wanitanya. Aku menangis membayangkan akulah wanita yang mendapat tulisan itu, membayangkan seorang lelaki yang kepadaku percaya bahwa kebahagiaanhanya akan lahir dalam genggaman tangan kita berdua. Aku wanita yang mudah bahagia, dengan sebuah kecupan yang kau berikan tiba-tiba, dengan ucapan selamat makan yang tak terlewat setiap harinya, dengan selarik pesan yang kau ucapkan setiap pagi. Aku wanita yang mudah bahagia, dengan melihatmu tertawa, melihat sepasang cahaya penuh syukur di matamu, melihatmu merasa cukup telah memiliki aku, dengan memilikimu sebagai seseorang yang akan menemaniku menua. Aku wanita yang jauh dari sempurna, aku tak bisa menjanjikan bahwa denganku kau akan selalu bahagia, namun aku akan mecoba untuk tidak pernah menjadi alasan kau menjatuhkan air mata. Dan jika kelak ada hujan yang jatuh dari matamu akuakan selalu menjadi orang yang pertama memelukmu dan mengusap air matamu dengan sepasang tanganku. Aku wanita yang jauh dari sempurna, aku tak bisa menjajikan bahwa kelak aku akan bisa memberikan segala yang kau pinta, namun aku akan mencoba menjadi seseorang yang denganmu aku akan selalu merasa cukup dan tak lagi perlu apa-apa. Kepada lelaki yang kelak menemaniku menua, aku ingin bercerita tentang dua kehidupan yang hidup dalam diriku, dua kebahagiaan yang selalu menjadi alasnku berhenti menangis. Aku ingin kau mengenal mereka sedekat kau memahami dirimu memilihku sebagai wanita yang kau ajak menghabiskan usia. Aku ingin kau mencintai mereka seperti kau mencintai hidupku. Aku wanita yang menyukai hujan, tiap kali hujan aku merasa bahwa aku adalah pohon-pohon yang berkekasih hujan, yang merindukan kehadirannya setelah kemarau panjang. Aku suka berdiam diri dijatuhi ribuan tetes air, menunggu tubuhku menggigil, kelak kau jadilah seseorang yang mau menemaniku menikmati hujan dengan caraku. Atau jadilah seseorang yang memelukku dan memberiku handuk seusai bermain hujan sendirian. Aku adalah wanita yang bila marah hanya ingin ditenangkan dengan pelukan. Kelak jika aku marah, maka peluklah aku, meski aku memberontak, meski aku berteriak, tetap peluklah aku. Sebab tiada tempat yang lebih nyaman selain bahu dari seseorang yang paling aku cintai. Sebab tiada yang lebih menenangkan selain menyadari bahwa aku tidak sendirian. Kepada lelaki yang kelak menemaniku menua, ketika aku telah memilihmu, maka percayalah bahwa kau adalah seseorang yang kepadaNya aku akan selalu berdoa agar kesedihan lupa kepada kita. Kepada lelaki yang telah bersedia menjadi bagian dari kebahagiaanku, terima kasih telah memilihku sebagai teman untuk berbagi kisah dan tertawa bersama hingga akhir hidupku.

Selasa, 22 Maret 2016

Ketahuilah Bunt

Kamu tau perihal apa-apa yang aku rasakan ketika kamu menyuruh menyerah untuk kita? Kamu tau perihal apa-apa yang aku sedihkan ketika kamu meminta untuk mengakhiri hubungan yg baru saja kita asa? Kamu tau perihal berapa banyak cinta yg akan kamu coba untuk bunuh? Sayang, dengarkan aku meracau sedikit bisa? Kamu, adalah satu-satunya alasanku untuk berhenti mencari, karena kamu adalah rumah, tempatku berpulang. Mengenalmu, entah bagaimana caramu, membuatku berhenti mencari apa-apa yang tidak aku butuhkan. Memelukmu, adalah obat untuk segala amarah dan gelisah. Kamu pemilik dekapan yang bisa menguatkan sekaligus meluluhkan satu waktu, hebat memang. Genggamanmu, adalah genggaman terhangat yang membuat segalanya menjadi lebih mudah. Tawamu, adalah candu yang selalu membuat rindu bergejolak hebat ingin direngkuh. Kamu, satu. Kamu, satu-satunya. Sini mendekat, aku bisikan rahasia terhebat… Mempertahankan atau melepaskan, itu pilihan. Tetap denganmu atau dengan yang baru, itu pilihan. Hidup hanya tentang memilih, sayang. Aku lebih memilih berdebat denganmu setiap hari daripada dengan yang lain. Aku lebih memilih dikecewakan kamu setiap waktu yang nantinya akan berujung tawa lucu daripada dengan yg membuat rancu. Aku lebih memilih tak dihiraukan kamu setiap detik tetapi nantinya peluk hangat membabi buta daripada bersenang-senang dengan yg baru. Aku lebih memilih kamu; apapun keadaan kamu. Entah sedang kecewa, terluka, marah, ataupun bahagia. Aku minta maaf… Maaf aku memutuskan tidak menyerah untuk kamu. Maaf aku memutuskan tidak merelakan kepergianmu. Maaf aku memutuskan untuk tetap bertahan di sini bersama kamu. Maaf aku memutuskan tetap memanjangkan sabar untuk mengerti kamu. Maaf aku meluruhkan segala ego supaya bisa denganmu. Maaf, aku tidak bisa hidup kalau itu tanpa kamu. Maaf, aku tidak sanggup kalau itu bukan kamu. Aku ingin memiliki cintaku, kamu. Jadi aku minta maaf karena selalu mempertahankan kamu. Memang ada banyak yg lebih sempurna dan lebih baik dari kamu, tapi aku tidak mencari itu. AKU MENCARI KAMU.. Maaf, karena aku memilih untuk memperjuangkan kamu. Maaf, karena aku memilih untuk berhenti di kamu. Maaf, karena mencintaimu senyata ini. Kamu satu-satunya yang aku cintai dengan hati yang penuh dan utuh. Jangan ragu untuk datang kepelukanku, akan selalu ada peluk untukmu yg selalu kujaga

Apa Kau Tahu Bunt??

Kau tau, menangis adalah puncak rasa kecewa dari seorang perempuan, ia seakan enggan mendengarkanmu namun sejujurnya tentang kau lah yang paling ingin ia ketahui sebelum akhirnya memejamkan mata di penghujung malam. Tentang kau yang cinta aku, sejujurnya aku tak mengerti bagaimana cara kau mencintai bila rasa khawatirku pun kau abaikan, pun begitu tentang aku yang bersemangat menyemangatimu. Semoga kau tak datang terlambat lagi, datanglah sebelum air mataku jatuh, karena nyatanya sampai detik ini pun kaulah yang paling aku cari pada awal hari maupun senja. Karena nyatanya, kecewaku selalu kalah oleh peduliku.

Untuk Masa Lalunya...

Dear, mbaknya. Saya ingin meluruskan apa-apa yang sudah kamu tuduhkan. Saya tidak pernah berniat mengambil (mantan) lelaki kamu. Tidak. Saya tidak pernah menggoda dia. Tidak. Mantan lelakimu itu, ada hati. Ia akan tau apa-apa yang harus ia lakukan. Apa-apa yang ia rasakan. Saya mencintai dia. Tidak tahu sebesar cintamu atau lebih. Yang saya tau, yang saya mau, dia. Mempertahankan dia. Mencintai dia sebisa saya. Saya tidak tau ceritamu dan dia di masa lalu. Biarkan menjadi cerita lampau yang pernah ada. Saya tidak peduli dengan masa lalunya. Masa lalu dia, miliknya. Saya hanya ingin masa depan dan genggam erat yang janjinya tak akan pernah lepas. Terima kasih sudah menjaga dia. Terima kasih sudah mencintai dia sebesar itu. Terima kasih sudah membuat dia menjadi satu-satunya. Tapi itu dulu, bukan? Sekarang biarkan saya, menjaga dia yang dulu kamu cinta. Biarkan saya mencintai dia dengan cara yang saya suka. Biarkan saya mempertahankan dia sekeras yang saya bisa. Biarkan saya melukis segala tawa indah yang ada. Biarkan saya mempertahankan peluk yang selalu saya mau. Biarkan saya mengenggam tangan yang selalu ada hangat. Tolong, biarkan saya menjadikan dia menjadi kita. Mungkin sebelum ada saya, ada kamu yang begitu mencintainya. Tapi, saya mencintainya sekarang. Saya beritahu, cinta tidak melulu indah. Kadang ada luka dan lara. Kadang ada hati yang harus sakit untuk mendapatkan apa yang kita butuh. Maaf, saya mencintai lelaki yang sama denganmu. Maaf, saya tidak bisa memberikan ia untukmu. Maaf, telah menoreh luka karena saya dengannya. Jangan membenci kami, ya? Masa Lalu di Masa

Minggu, 20 Maret 2016

Kenapa Bisa Terlalu Baik??

Surat ini untukmu yang terlalu baik. Kamu ingat? Aku pernah membuatmu malam-malam naik motor ke kosanku demi mengantarkan makan malam yang kamu masak sendiri. Hanya karena aku yang tidak mau keluar mencari makan. Aku pernah membuatmu kebingungan karena aku yang tidak mau bercerita kenapa aku menangis. Aku sering membuatmu kelelahan karena kamu yang terlalu ingin memanjakanku dengan menjemputku. Kamu selalu memegang tanganku erat, dimanapun ketika kita bersama. Tidak peduli aku berkata bosan, tidak peduli aku sedang membenci atau memakimu habis-habisan. Aku sering memarahimu. Menjadikanmu sasaran emosi atas apapun yang membuatku kecewa. Dan kamu akan tetap sabar dan mendengarkan. Membiarkanku menyadari sendiri kesalahanku dan meminta maaf kepadamu. Kamu selalu berusaha mewujudkan apapun yang aku inginkan. Yang terkadang membuatmu sampai kurang tidur dan kelelahan. Kamu selalu tersenyum, sekalipun aku memberikanmu muka masam. Kamu, kenapa bisa begitu baik?

We Fight, We Love Each Other

Tuhan memang Maha Baik. Mempertemukan saya dengan lelaki baik. Lelaki yang selalu sabar dengan saya yang sangat childish. Jika dengannya, saya sering seperti anak kecil yang sok dewasa. Jika dengan saya, dia seperti anak kecil yang manja. Dia selalu tersenyum setiap kali saya bertindak aneh. Dia akan tetap tersenyum ketika saya berbuat bodoh. Dia akan tersenyum ketika saya bahagia. Yang mungkin tidak dia sadari, dia yang membuat saya bahagia. Dia menenangkan saya ketika saya resah. Resah dengan hal sepele yang ketika saya menceritakannya, dia akan menyelesaikannya. Benar-benar seperti superhero terhebat di dunia. Dia tidak akan membiarkan saya menangis, walaupun dia seringkali membuat saya menangis. Saya sering menangis karena takut kehilangan dia. Saya sering menangis ketika menyadari diabegitu berharga. Saya sering menangis danketika dia tau, dia akan menenangkan sayadan memastikan bahwa semua baik-baik saja. Dia tidak pernah meninggalkan saya, walaupun saya seringkali memintanya pergi. Dia tidak pernah marah, walaupun saya sering sekali memancingnya untuk marah. Dia terlalu sabar untuk saya yang terlalu kasar. Dia memperlakukan saya begitu baik, walaupun saya seringkali tidak baik. Saya sering membuat kami bertengkar. Saya selalu mengatakan bahwa saya membencinya. Dia selalu menjawab dia menyayangi saya. Pertengkaran yang tidak pernah berlangsung lama. We fight, we love each other.

Selamat Pagi Seseorang

Selamat pagi untuk seseorang yang semalaman memenuhi pikiran. Yang bayangannya membuat tidak tidur tenang, dan sapaannya yang terus mengiang-ngiang. Selamat pagi untuk seseorang yang bisa membuat bertahan, membuat rela menunggu ketidakpastian. Berjudi dengan waktu karena hingga sekarang hanya berani menyukainya secara diam-diam. Selamat pagi untuk seseorang yang selalu tersenyum manis, mengajarkan hal-hal baik, menceritakan kejadian konyol, membuat seseorang menciptakan mimpi. Selamat pagi untuk seseorang, yang karenanya, ada wanita yang rela berjuang memperbaiki diri. Yang diam-diam menyebutnya dalam doa, tentang siapa yang diharapkan untuk selalu bersamanya...

Untuk Kamu yang Terlalu Baik

Jangan terlalu baik, nanti saya jatuh cinta. Kalau sampai saya jatuh cinta, akan sangat sulit untuk membuat saya menyerah. Coba saja. Seringkali Anda tak membalas pesan? Tak masalah. Seringkali Anda menolak ajakan karena tugas kuliah? Saya malah senang. Seringkali Anda mencoba bertindak bodoh? Itu malah lucu. Seringkali Anda memperdengarkan selera musik yang saya tidak suka? Saya bisa pakai headset. Seringkali Anda lebih mementingkan kamera? Saya bisa menemani menonton sambil membaca buku. Seringkali Anda bercerita tentang banyak hal yang Anda tidak bisa? Saya malah akan mempelajarinya demi Anda. Sekalinya Anda memuji cantik, yang Anda puji malah Pantai disana?? It's okay setidaknya Anda tidak mungkin menikah dengan Pantai yang terlalu cantik, masih mau mencoba membuat saya menyerah? Percayalah, itu akan sangat sulit. Karena dari sekian kali saya harus berusaha, saya hanya butuh sekali untuk berhasil. Mudah saja, kan?

Kamis, 17 Maret 2016

Apa Adanya Kamu Bunt (2)

Nanti jika suatu hari kamu tau tentang perasaan ini, kamu mungkin akan bertanya, tentang apa yang membuatku suka. Kamu pasti akan merendah dengan mengatakan bahwa kamu bukan siapa-siapa. Mungkin kamu juga akan mengatakan kamu belum menjadi apa-apa. Kamu mengatakan bahwa kamu tidak tangguh. Kamu tidak suka melakukan perjalanan jauh.Kamu tidak tertarik naik gunung. Kamu benar-benar tidak sepertiku. Kamu mengatakan tentang kamu yang kikuk, yang seringkali tidak peka dengan perasaanku. Yang mungkin akan bingung sendiri dengan diamku. Kamu bicara tentang hidup mewah, yang mungkin tidak akan aku dapatkan bila bersamamu. Tidak ada kejutan-kejutan manis karena kamu bukan orang yang romantis. Lalu, biar kubilang padamu tentang ini. Aku sedang tidak mencari teman naik gunung, ataupun seorang psikolog yang bisa membaca perasaan, tidak juga seorang milyarder. Aku mencari orang yang rendah hati, yang tidak pernah menyombongkan apa yang dia miliki. Aku mencari teman yang dengannya, aku bisa bahagia dengan apa adanya dia. Denganmu, aku melihat kebahagiaan itu. Denganku, kamu diterima apa adanya kamu.

Menikmati Hujan

Maukah kamu menemaniku menikmati hujan? Kita bisa berteduh bersama di halteitu. Menunggu hujan reda sembari berbincang ringan tentang apa-apa saja yang kita inginkan. Lalu diam-diam aku berkata, cita-citaku sederhana saja, membuatmu tersenyum bagaimanapun caranya. Maukah kamu menemaniku menikmati hujan? Tinggalkan saja payung kita di sini, lalu kita bisa berlarian di atas rumput hijau itu. Menikmati derasnya air yang menetes di kepala. Tak perlu kita menghindarinya. Maukah kamu menemaniku menikmati hujan? Kita bisa berpayung, berjalan berdampingan menyusuri jalanan yang basah. Lalu diam-diam aku akan berdoa agar hujan tak segera reda. Maukah kamu menemaniku menikmati hujan? Dengan duduk di sini sembari menikmati hangatnya kopi. Mendengarkan setiap gemercik air yang membasahi daun-daun hijau di halaman rumah. Juga suara anak-anak kecil tetangga yang berlarian dengan gembira. Asalkan denganmu, aku tidak akan pernah keberatan tentang bagaimana cara kita menikmati hujan.

Apa Adanya Kamu Bunt

Denganku, kamu tidak perlu takut tidak diterima. Kamu tau aku orang paling bertoleransi dengan apapun yang ada. Denganku, kamu tidak perlu takut ditinggalkan. Kamu tau aku orang paling setia dengan apapun yang aku suka. Denganku, kamu tidak perlu memaksa mengubah diri. Aku menyayangi kamu apa adanya. Dan akan begitu seterusnya. Denganku, kamu tidak perlu memaksa menjadi kaya. Bahkan ketika kamu hanya bisa memberiku senyum, aku sudah bisa begitu bahagia. Denganku, kamu tidak perlu bersusah payah tampil sempurna. Di mataku, kamu sudah begitu manis seperti biasa. Denganku, kamu tidak perlu memanjakanku dengan perjalanan mahal dan kencan mewah. Cukup dengan mengajakku berjalan sambil melihat bintang, atau sekedar duduk di rumput sambil berbincang.... Denganku, mungkin kamu akan sering kecewa dan marah, walau sebaik apapun aku berusaha dan bersusah payah. Tapi percayalah, untukmu, aku adalah orang yang pantang menyerah. Denganku, mungkin kamu akan sering kesal, karena aku yang tidak begitu pintar. Tapi yakinlah, aku cukup tau bahwa kamu adalah guru yang paling bisa mengajarkanku segalanya. Denganku, mungkin kamu akan membandingkan, tentangku yang tidak sesempurna masa lalumu. Tapi ketahuilah,aku mungkin tidak sempurna tapi aku adalah yang paling bersikeras membuatmu bahagia.... Denganmu, aku akan berusaha menjadi apa yang kamu mau. Tapi denganku, kamu diterima apa adanya kamu.

Negeri Dongeng

Aku bermimpi tentang kita yang tinggal di negeri dongeng. Negeri dimana hidup seorang pangeran tampan dan putri raja yang cantik jelita. Namun aku dan kamu bukan keduanya. Kita hanyalah dua orang rakyat jelata yang tinggal di dua tempat yang berbeda. Hingga suatu hari kita bertemu, dan aku menaruh hati padamu. Seperti halnya pada setiap dongeng yang selalu berakhir bahagia, pun begitu dengan kita. Kita bertemu, saling jatuh cinta, dan hidup bahagia selamanya. Jika bisa semudah itu, maukah kamu tinggal di negeri dongeng bersamaku?

Rabu, 16 Maret 2016

Bunt Bisakah???

"Jangan Pernah Melewati Hal Sulit Tanpa Aku" Itu kalimat yang kamu ucapkan malam itu waktu kamu menelponku. Entah kenapa kalimat itu terus terngiang ditelingaku sampai saat ini. Ada rasa tersentuh kala kalimat itu keluar dari mulut manismu, harus ku akui ada debaran halus yg muncul waktu mendengarnya, mungkin kalo kamu di depanku maka kamu akan melihat mataku yg terus berkedip karena deg-degan, dan biasanya kamu akan mencium keningku sambil menggodaku yang salah tingkah. Hmm Bunt bagaimana kalau kesulitan itu terlalu berat bahkan membuat kita harus berselisih paham terus menerus, apa kamu masih bersedia jika aku memintamu melewatinya denganku?? apa kamu tetap mau menemaniku menuntaskan semua? atau malah menyerah??? Ah ku harap kamu menepati kata-katamu kali ini. Bunt, sekarang aku sedang melewati hal sulit, ya disini ditempat ini sedang turun hujan, dan aku kesulitan meneguk habis kopiku yg terlampau pahit, mungkin karena kamu tak disini bersamaku, sekarang maukah kau datang untuk menemaniku?? Ah tapi pasti sulit, Tapi maukah kau membantuku dengan cara lain, Kalau tidak bisa duduk berdua, setidaknya bisakah kau tidak mendua??? Wanitamu -Bet-

Selasa, 15 Maret 2016

J-A-R-A-K

Kepada Jarak... Kau tahu aku sangat benci sesuatu yang membentang jauh, aku benci sesuatu yang memisahkan, aku benci sesuatu yang menjadi penghalang setiap pertemuan, aku benci sesuatu yang tiba-tiba mampu melambatkan denting waktu? itu semua ada padamu, benar? Ya, aku memang membencimu. Tapi, seperti halnya dengan bumi yang berputar, hidup ini pun begitu. Kau yang sangat kubenci, sekarang menjadi sesuatu yang harus kuhadapi. Jarak, Bolehkan aku meminta sesuatu? Bolehkah aku menjadi sahabatmu? Ijinkanlah aku menggenggammu dalam kurun waktu yang tidak bisa ditentukan. Bantulah aku menepis mereka yang menganggap bahwa kaulah penyebab retaknya hubungan, putusnya silaturahmi yang semestinya terjaga, dan cinta yang semakin lama semakin tak tentu tujuannya. Tolong, yakinkan aku bahwa kau tidak sejahat itu. Jarak, Aku berhenti membencimu dan sedang berusaha mencintaimu. Akan kuyakinkan diri dan juga hatiku bahwa kau diciptakan memang untukditaklukan.

Minggu, 13 Maret 2016

Selamat Ulang Tahun

Teruntuk kamu, Selamat ulang tahun! Selamat menua. Harapku hanya satu; semoga kamu bisa lebih percaya pada dirimu sendiri. Kamu tahu, kamu terlalu meremehkannya. Kamu menganggapnya tidak bisa apa-apa. Kamu terlalu sering menyalahkannya. Kamu membuat ia tidak berharga. Kamu mengucilkan bahkan membencinya. Ada ribuan amin yang ia bisikkan dalam tangisnya, untuk segala doa-doa baik yang kamu ucapkan tiap malam. Sayang, percayalah padanya. Jadilah kuat dan mendewasalah. Semesta memberkati ke manapun kaki-kakimu melangkah :) 14 Maret 2016 -B-

Jumat, 11 Maret 2016

Ruang Rindu

Aku selalu menikmati tiap detik percakapan telpon yang sering kita lakukan di malam hari. Bercerita semua hal dan segala aktivitas yang kita lakukan di hari yang sama. Dengan demikian, kita berharap bisa merasakan sesuatu hal yang berbeda, meski kita tak bisa saling menatap atau sekedar bergandengan tangan.. Mungkin sebagian orang beranggapan apa yang kita perjuangkan akan berujung ke hal yang sama dan itu-itu aja. Jarang sekali mencapai sebuah keinginan yang sangat di harapkan. Tapi mari kita berpikir, apakah sebuah kupu-kupu yang kerap kali kita lihat terlahir sudah menjadi indah? Semua nya butuh proses… Dari awal kita sudah saling berkomitmen untuk tetap menjalin komunikasi, setidak nya sekali dalam sehari, walau sesibuk apapun. Mengirimkan beberapa pesan singkat, atau sekedar voice note yang bisa membuat hati kita merasa tenang. Hal-hal demikian kadang kala sama sekali tidak kita bayangkan. Justru seni dari hubungan ini terletak pada sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan masing-masing asalkan bisa menimbulkan kebahagiaan, pasti lah kita merasa senang. Aku merasa semuanya terasa sangat menyenangkan. Kita bisa saling memendam rindu, menyimpan nya dalam-dalam, hingga saat nya nanti kita bertemu, rindu itu akan menjadi sebuah kenikmatan tersendiri dalam urusan asmara. Dan aku rasa, sebuah rindu akan tahu dimana seharus nya ia berada. Dan kepada siapa ia akan memberikan ruang tersepesial di hati nya…

LDR Jahat

Kau jahat sekali LDR! Aku merindukannya tiap hari, tiap jam, tiap gerakan tubuh yang kupunya. Gak kusangka akan seberat ini. Tapi pada intinya, aku akan mengalahkanmu. Iya, aku yakin Bunt ku juga akan begitu. Aku tahu kau akan perlahan membunuh kami. Tapi tidak! Kau hanya terlalu iri dengan kami. Kami sudah membuat tali yang sangat panjang untuk saling berpegang. Kuat, erat, tanpa memperdulikan angin kencang kirimanmu yang terus menerus menggoyahkan kami. Tahukah kau wahai LDR? Jarak yang kau buat adalah salah satu jembatan yang menguji besarnya rasa sayang kami. Terimakasih, kau akan kalah, ingat kata - kata kami. Aku teringat dimana kami harus bertemu dengamu. Kami tak rela melepas untaian tangan kami. Saatku sampai di istanaku pun aku masih tak rela melepasnya hanya karena ulah jahilmu. Kami tahu ini akan terasa sulit, sangat sulit. Tapi kami sudah sepakat, bahwa kami akan terus berjalan beriringan walaupun tangan nakalmu tetap mencubit - cubit seluruh badan kami. Kami sekarat? Hey, yang benar saja!Semakin kau keraskan cubitan tanganmu, semakin erat kami berpeluk, bergandeng, berjalan bersama. Hanya menunggu waktu hingga kau lelah dan mempersilahkan kami untuk berada di satu tempat lagi. Hanya berharap, Semoga kau, pada nantinya menjadi teman baik kami. Sahabat yang dapat merangkul kami menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. Membuat kami mengerti susahnya mempertahankan apa yang harus kami pertahankan. Terimakasih, LDR...

Bahagia Dan Luka

untuk kamu yang berulang kali menggoreskan luka, apa kabarmu ? tentu saja kau baik dan berbahagia, karena bukan kau yang terluka, masih senang kahdirimu dengan semua tingkah laku mu yang menyebabkan luka ? masih ingatkah kamu kepadaku yang hatinya telah kau lukai terus-menerus..? surat ini aku tulis kepadamu, aku tidak berharap kamu membacanya, ini hanya surat cinta terakhir yang aku tak tahu kepada siapa akan kutujukan, surat ini hanya rangkaian kata yang aku simpan dan aku pendam sejak saat kau tinggalkanaku untuk dia yang lain. Ingatkah kamu tentang hari-hari yang pernah kita lewati bersama, ah tentu saja kau sudah melupakannya, karna memang tidak ada kebahagiaan yang pantas untuk dikenang disana, seandainya memang pernah ada kebahagiaan disana tak mungkin kau akan meninggalkanku. bahagia kah kamu dengan luka hati yang telah kau torehkan kepadaku ? jika iya, maka aku akan berdoa semoga tak ada karma yang akan menimpamu, jika memang kau berbahagia, hanya aku mohon kepadamu untuk tidak menimpakan kesalahan apapun kepadaku. karna cukup rasa sakit yang kau beri. kepada kamu dengan semua kebohonganmu, ingatkah kamu berapa lama waktu yang telah kita lewati bersama? ingatkah kamu berapa banyak kebohongan yang kau ucapkan kepadaku selama itu ? ingatkah kamu seberapa dalam luka yang terus menerus kau goreskan kepadaku ? ah tentu saja kau tidak akan mengingatnya. jika kau mengingatnya tidak mungkin kau terus-menerus menyayat luka kepadaku. semua manusia wajib membahagiakan dirinya sendiri, seperti itu juga dirimu, ya aku mengerti itu, karena itu aku tak membenci mu untuk semua luka yang kausebabkan, aku berdoa kepada Tuhan untuk kebahagiaanmu, seperti kamu yang menginginkan bahagia, seperti itu juga diriku mengharapkannya, hanya saja maaf jika ku katakan, bersama kau yang menyebabkan luka mungkin adalah kebahagiaan yang kuharapkan.aku tidak berharap kamu mengerti aku, aku hanya berharap kau tau bahwa aku menyayangi dan mencintaimu, aku orang yang mengharapkan kebahagiaan untukmu meski luka yang aku dapat

Aku Mencintaimu

Aku mencintaimu. Iya itu kalimat pertama yang aku tulis untuk surat hari ini. Aku tak tau harus menyampaikan lewat apa lagi. Sungguh ingin rasanya aku berbagi rindu dan berbagi cerita namun siapalah aku yang hanya serpihan abu bakaran ilalang. Lain kali aku akan menulis surat yang cukup panjang, walaupun isinya tentang cinta saja yang berujung galau dengan air mata. Tak apa, itu jauh lebih baik timbang aku tidak pernah galau karena tidak pernah merasakan cinta sedalam yang kau beri. Kau yang terbaik dan tetap saja kau yang terindah. Jaga dirimu baik-baik di seberang sana,karena aku ingin memelukmu lagi dengan tawa dan dengan bahagia. Dari aku yang merindu

Kamis, 10 Maret 2016

Tanpa Judul: Kita

Terlalu banyak yang ingin kutuliskan disini. Tentang rasa, tentang kita, tentang kalian. Bingung saat harus menumpahkan apa yang ada di dada. Rasanya sudah sangat sesak. Akhirnya kuputuskan untuk menuangkan semuanya disini. Jujur aku bingung harus memulai darimana. Terlalu banyak 'rasa' yang kurasakan saat ini. Rasa yang akhirnya membuka kenangan kita dulu. Ya, kita yang sekarang menjadi aku dan kamu. Mungkin ada dia. Kita yang akhirnya jadi aku dan kamu (dan dia). Ah, sudahlah. Aku bingung. Semalam kembali kubuka, atau lebih tepatnya kupaksakan membuka ingatan tentang kita. Ingatkah kamu saat pertama kali kita berkenalan? Ah, bodohnya aku menanyakan pertanyaan ini. Sudah jelas kamu pasti tidak mengingatnya lagi. Benar kan? Sudah kuduga. Kalau pertanyaan itu kamu tanyakan padaku, dengan lantang kujawab "Iya, aku masih mengingatnya. Bahkan dengan sangat rinci", tapi siapa pula yang akan menanyakan pertanyaan itu padaku? Kamu? Jangan bodoh!Kulihat sekarang (sepertinya) kamu (terlihat) bahagia dengan dia. Banyak momen yang kalian abadikan dalam gambar. Banyak tawa yang kulihat. Ada rona bahagia yang kulihat jelas di matamu pun matanya. Ketika kulihat gambar kalian, nurani bertanya "Apa yang kau rasakan? Sakit hati? Marah? Cemburu?", dengan cepat kujawab "Tidak!", dan akhirnya dia berkata lagi "Dasar bodoh. Dari matamu kulihat kau berdusta. Ada sakit hati, ada marah, ada cemburu. HAHAHA". Ya, nuraniku menertawakanku.Tetiba kurasakan basah di pipiku. Astaga, aku menangis. Lagi. Karnamu. Tangisan yang sudah beberapa tahun kutahan. Ya, kutahan agar aku tak terlalu terlihat terpuruk di hadapanmu, di hadapan mereka. Kemudian otak memutarkan kembali ribuan cerita yang pernah kita buat. Cerita bahagia, cerita sedih, cerita konyol. Kunikmati ribuan cerita itu dan airmatapun semakin deras. Ingin kutahan tapi percuma, pertahananku rusak. Sudahlah, aku tak ada maksud untuk memaksamu mengingat kembali kenangankita. Memaksamu untuk menjadikan kita kembali. Memaksamu untuk bahagia dengan ku. Aku tahu kamu sudah sangat bahagia dengan dia. Mungkin sekarang sudah saatnya kubiasakan diri untuk memanggil kamu dan dia dengan sebutan kalian. Ya, kalian. Semoga kalian bahagia. Kita bahagia. Amin.

Aku Mencintai Mu Dengan Terlalu

Aku yang merindu dengan terlalu!! Kamu, belum tentu tahu Aku yang terluka pun dengan terlalu!! Kamu, justru menjadikan Ia sebagai candumu. Mungkin ini juga salahku Tak memberitahu dahulu perasaanku. Aku yang hanya bisa mengagum pun mencintamu Dalam diam. Dasar manusia pengecut! Nurani memaki diri. Tanpa kuasa, kubenarkan makian itu. Semestinya cintaku bunyi, Semestinya kukatakan dengan lantang "Aku mencintaimu dengan terlalu"

Untuk Mu Perempuan Dipelukan Lelaki (ku)

Hallo kamu, aku tau kamu pasti tidak kenal denganku. Aku pun juga begitu. Aku hanya tau sekilas saja tentangmu. Salam kenal dariku untukmu. Maaf kalau aku lancang mengirimkan surat ini untukmu. Aku hanya ingin memberitahumu beberapa hal. Oh tidak, aku tidak bermaksud merusak hubunganmu dengan lelakimu yang dulu pernah menjadi lelaki ku itu. Malah aku pernah berdo'a agar hubungan kalian selalu baik-baik saja. Terdengar munafik kah ucapanku? Sepertinya begitu. HAHAHA... Aku tidak tau, apakah kau adalah kekasihnya atau baru akan menjadi kekasihnya. Yang terlihat olehku saat ini kaulah yang sedang dekat dengannya. Oh, santai saja. Surat ini bukan surat untuk melabrakmu atau apalah namanya... Ini hanya surat salam kenalku. Relax saja ya, cantik... Kau tau tidak, aku sedikit tau tentangmu lewat akun media sosialmu. Itu pun kau yang memulainya bukan? Kau yang duluan menginvite dan follow beberapa akun media sosialku. Apa tujuanmu? Bukankah kau tidak pernah kenal denganku? Setelah itu entah secara sengaja atau tidak kau mulai mengunggah beberapa foto kebersamaanmu dengan lelaki ku itu. Aahh, maksudku lelakimu. Maaf, aku sedikit khilaf. HAHAHA... Aku sedikit heran, apa maksudmu dengan memposting foto yang telah kau unggah sebelumnya setelah aku mengikuti balik akun media sosialmu itu. Yang aku lihat, kau terkesan seakan memberitahukan bahwa dia sekarang kepunyaanmu. Apakah disitu ada unsur ketersengajaan? Atau aku yang terlalu sensitif ya, terlalu cepat menyimpulkan sesuatu. Ah entahlah... Ohh, mungkin kau hanya ingin menunjukkan betapa bahagianya dia sekarang. Dengan senyum yang lepas saat berfoto denganmu. Bukan maksudku menyimpulkan sesuatu yang akupun tidak tau fakta sebenarnya seperti apa. Aku hanya menyimpulkan dari apa yang aku lihat dan apa yang aku dengar dari teman-temannya. Ohh, aku ingat!! Temannya pernah memberitahukan tentang kedekatanmu dengan lelakiku itu. Ehh, maksudku lelakimu. Maaf aku khilaf lagi. Aaahh sepertinya lawakan ku garing. Oke, takkan ku ulangi. Ku lihat dia bahagia sekali. Kau hebat cantik. Kau bisa meluluhkan hatinya hanya dalam jangka kedekatan yang tak seberapa lama. Aku tau, seharusnya aku tidak ikut campur urusan kalian. Karena akupun bukan siapa-siapa. Aku hanya ingin memberitahu kepadamu, teruslah buat dia bahagia. Karna yang aku ingat, aku hanya bisa memberikan kesedihan untuknya. Maaf kalau kau sedikit emosi dengan kata-kata disuratku ini. Aku pun menulisnya dengan sedikit mencurahkan emosi. Hehehe.. Semoga kalian bahagia...

K-A-M-U

Kertasku masih kosong, melompong. Tak ada satu pun huruf dari 26 huruf yang ada, tertoreh di atasnya. Otak menyajikan begitu banyak kata. Tapi tiada satu pun kupilih untuk kutuliskan di kertas kosongku. Entahlah, mungkin aku bingung. Atau mungkin aku terlalu pemilih? Begitu ucap pena yang sedaritadi kuketuk-ketukan kepalanya di meja belajarku. Tak kutemukan alasan yang tepat memilih dan menyusun 26 huruf dari rangkaian alfabet yang ada untuk dijadikan kata dan kurajut menjadi sebuah kalimat indah. “Dasar munafik!”, teriak cangkir putih agak kusam padaku. "Aku tidak munafik!”, balasku. "Pembohong besar!”, kopi hitam panas yang berada di dalam cangkir itu pun ikut meneriakiku. "Kalau kamu tak munafik, kalau kamu bukan pembohong tentu aku takkan kosong seperti ini!”, kertas yang daritadi kupandangi pun bersuara. Kemudian kuangkat penaku dan kugoreskan sesuatu di atas kertas kosongku, mereka bersorak. Gaduh.‘K-A-M-U’. Ya, kupilih empat huruf itu di awal tulisanku. Otak kemudian membuka layar putihnya dan memutarkan potongan-potongan kenangan yang pernah kita adegankan dulu. Mataku mulai berkabut, lalu kudengar suara terbahak. Kertas, pena, kopi dan cangkir sedang menertawaiku, bahkan pasangan kopi dan cangkir sampai memegangi perut mereka saking kegelian melihatku menangis.Pada akhirnya kertas itu hanya berisi K-A-M-U. Ya, hanya kata itu yang bisa kutulis. Tiada kata lain yang bisa kutorehkan diatasnya.Kamu memang tak mudah dijabarkan ke dalam sebuah kalimat. Bukan. Maksudku kerinduanku yang terlalu sulit dijabarkan. Bukan. Gengsiku yang susah dijabarkan. Baiklah, kuralat lagi. Gengsiku menghalangi kerinduan yang teramat sangat ini; yang ku kamuflase kan dengan kata sulit dijabarkan. Ah, aku bingung. Mereka benar. Aku bingung. Aku munafik. Aku pembohong besar.

Lelaki yang Gemar Menghilang

Hai bunt apa kabar? Mengapa begitu sering kau menghilang sekarang, membuat aku, yang bukan siapa-siapa mu ini kebingungan. Menunggumu? Sudah pasti itu aku lakukan, tapi tetap saja tak pernah ada jawaban. Kau tetap disana dan tak ada kabar. Berbagai kemungkinan muncul dibenakku tiap malam, apakah kamu sedang sibuk dengan berbagai kegiatan disana? Apakah kamu bertemu dia, seseorang dari masa lalu yang membuatmu belum bisa memindahkan sesuatu, hati. Apakah kamu sengaja menghilang untuk dicari. Atau, memang kamu tidak berkewajiban memberiku kabar setiap hari, mengingat kita hanya sebatas gurauan, hanya sebatas hubungan sederhana yang dilebih-lebihkan, hanya sebatas aku mempercayakan sesuatu padamu dan kamu tidak tahu. Karena tiap hati punya kapasitas penampung rindu dan rasa, pun benci. Jika sudah meluap aku tak bisa apa-apa selain menulis surat ini. Disini, titik lelahku mencintai kamu seperti ini, seperti orang bodoh, dalam diam dalam waktu yang tak akan pernah bisa kamu bayangkan. Ini bukan salahku kan?Tak ada yang pernah tahu dan mau rasa seperti ini datang bersarang. Begitu menyiksa, aku harus sendiri melewati rindu-rindu saat purnama sedang kamu entah memikirkan siapa. Setelah kamu membaca surat ini, aku ingin kamu bersikap seperti biasa, tak perlu pura-pura menumbuhkan rasa, karena aku tahu kamu tidak akan bisa. Aku hanya senang tiap kali di dekatmu, menikmati wajahmu, tanpa rasa cemburu tanpa kamu harus tahu. Tapi mungkin aku sudah tidak ingin seperti itu, aku sudah berusaha memantaskan diri, namun kamu juga tak kunjung disini. Aku hanya sudah tidak ingin lagi hanya menjadi tempat singgah, aku ingin kau akui sebagai rumah. Tapi mungkin di dalam sana, dihatimu itu masih ada penunggu yang tak mau ada aku. Dan aku, mungkin sudah kehabisan waktu.

Jika Besok....

Sebenarnya, diriku sedang cemas gelisah memikirkan esok, kita kan jadi seperti apa. Sebab ada banyak sekali kemungkinan dari ketidakmungkinan yang ada, dan ada satu hal yang selalu mengganjal dalam dadaku, yang sampai sekarang belum mampu kutanyakan padamuIalah jawaban atas sebuah ungkapan rasa ini. “Apakah engkau mencintaiku dan bersedia bersama”?Setiap pagi, siang dan malam, aku selalu memangkas rindu yang ada, yang tumbuh liar bak ilalang, semakin ku pangkas semakin mereka meranggas. Sampai rasa lelah memberitahuku untuk berhenti dan membiarkan mereka bertubuh dengan lebat, sebab apa yang bisa kuperbuat ketika kau tak ada dan membiarkan memar didada. Kau dan aku pun tau kapan kita pertama berkenalan, dan saat-saat itu waktu melulantahkan aku dan kamu dalam defenisi kita, sebab Ia bukanlah penyabar, melainkan penghitung dan penagih tanpa belas kasih. Jika esok hari bukan aku lagi yang kau khawatirkan, kau boleh mengetahui aku yang terlampau sering mengemis pada jarum jam supaya waktu cepat berjalan dan kita bisa saling teleponan dan jamuan. Jika esok hari bukan aku lagi yang selalu mengabarimu sekedar mengingatkan kamu supaya jangan terlambat makan, dan jangan lupa bahagia lalu kau girang oleh ungkapan itu tanpa aba-aba, kuharap itu bukan menjadi alasan kau melupakan tiap detil kenangan kita yang sebentar lagi kau makamkan. Jika esok hari ada lengan wanita lain yang bukan milikku memelukmu erat disaat gigilnya malam lebih tajam dari sindiran remaja labil, ketahuilah hangat candamu masih selalu membekas hangat abadi disini tanpa koma dan jeda. Jika esok hari bukan aku lagi yang kerap mengingatkanmu untuk makan dan membantu ibu memasak, semoga orang itu rajin bangun pagi, dan berani menenteng minyak goreng dan menumiskan menu cinta dalam bentuk apa saja yang sudah pasti dapat mengenyangkan perutmu, sama seperti aku. Jika esok hari ternyata ada wanita lain yang sangat-sangat kau cintai, ingatlah disini ada seorang wanita yang pernah begitu sangat jatuh cinta padamu lantas gugup pada tatap kali pertama saat menatap matamu yang serupa bintang jatuh. Dan jika esok hari, semua tentang kita kan selesai maka izinkan aku berucap terimakasih sebab engkau telah membuat hatiku hidup lagi setelah sekian lama mati suri dalam durasi panjang, sebab bila bukan karenamu, aku tetaplah seorang wanita pengecut yang tak pernah berani menciptakan bahagiaku sendiri. Terima kasih kerena mu lah aku dapat mengerti tentang aku dan kita, Sebab merelakan memang tak pernah sesederhana melepas tangis perpisahan. Dan setelah kau membaca kalimat ini, dan sepakat dengannya untuk sepaket lalu menetap Maka aku akan beranjak pergi darimu dengan rasa sangat mencintaimu. Terimakasih pernah membuat rasa yang begitu manis dalam rongga dadaku.

Rabu, 09 Maret 2016

Kita: Tentang Kopi Dan Gula

Kita bagai secangkir kopi. Aku -yang mereka sebut- dingin juga sedikit kikuk dan kau seorang yang begitu manis dan menyenangkan. Ya. Aku ialah si hitam kopi dan kau ialah sang gula yang begitu putih, manis dan cintai. Tak banyak yang menyukai kopi. Kata mereka, aku begitu pahit; sudah terlihat jelas dari rupanya yang hitam legam bagai dosa. Sebaliknya, kau, si manis gula; putih, bersih, begitu manis, menyenangkan, disukai banyak orang; anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga yang telah renta. Kopi dan gula, kita (dipaksa) disatukan dalam semesta; cangkir keramik putih, kadang bunga-bunga. Air panas mendidih memaksa kita melebur. Memaksa kita jadi satu. Utuh. Kemudian menyeruak aroma kita. Aroma peleburan kita. Uap-uap panas menari-nari di seluruh ruang. Terlihat bahagia melihat kita yang tlah satu. Wangi kita di mana-mana. Muncul seorang yang menamakan dirinya penikmat kita; secangkir kopi hitam dengan sedikit gula. Ia menutup matanya dan menghirup aroma kita dalam-dalam. Mencoba memasukannya ke seluruh rongga dadanya yang (mungkin) kosong. Lalu mendekatkan bibir tipisnya ke semesta kita. Meniup uap-uap panas yang daritadi menari-nari. Kita disesapnya perlahan. Terlihat wajahnya berubah-ubah di setiap sesapannya. Kadang memicingkan mata. Kadang tersenyum tipis. Kadang menutup mata. Seolah, kita berasa masam. "Kopi ini terlalu pahit" "Kopi ini buruk sekali rasanya. Kualitasnya. Tak enak" "Kopi ini nikmat sekali. Wangi sekali" "Kopi ini racikannya pas" Kopilah (dianggap) si pembuat masalah. Lama-lama, kita pun habis. Hanya tersisa ampasku yang pahit sedikit manis. Tertinggal dalam dinding-dinding cangkir. Dan kau, gula, pergi. Menghilang. Lenyap. Ditelan si penikmat bersama sedikit ampas kopi yang terbawa air. Aku ialah kopi, yang selalu ditinggalkan. Oleh seorang sepertimu, gula; (yang katanya) si manis menyenangkan

Anggap Saja Sebuah Ajakan

tiba-tiba saja aku ingin menulisimu surat. kamu tahu, aku orang yang jarang akan mengajak seseorang. bagiku, lebih baik mengerjakan segalanya sendiri daripada harus merepotkan orang lain. selama aku bisa melakukannya sendiri, kenapa tidak? sekalipun aku tidak bisa melakukannya, aku tetap tidak akan mengganggu. ada rasa segan saat harus membuat orang repot tersebab aku.meski pada akhirnya tetap saja aku sering merepotkan orang lain. misal, saat harus pergi ke sana atau ke situ, I prefer go alone to ask someone to go with me. tidak ada alasan lain, aku hanya tidak ingin merepotkan. hampir setiap hari aku selalu menerima cerita/ curhatan dari orang-orang, bahkan dari orang yang awalnya tidak terlalu dekat denganku. dari semua cerita mereka, aku tahu mereka memiliki kepusingan dan masalah masing-masing. aku tahu mereka sedang sibuk, sedih, bahagia, dan lain sebagainya. hal itu semakin membuatku tidak ingin “mengganggu” mereka dengan ceritaku atau ajakanku yang tentu saja tidak penting untuk mereka. tapi tadi, aku membaca sebuah brosur yang isinya tentang “random awesome day”. random awesome day, secara sederhana, adalah sebuah kegiatan berjalan kaki berdua secara random, ke mana saja, tanpa peta, tanpa arah. hanya mengandalkan intuisi dan orang-orang sekitar. berguna sekali untuk melatih kepekaan, saling bercerita, dan lain sebagainya. dari dulu, jika kamu ingin tahu, aku selalu senang sekali berjalan kaki. jarak tidak pernah jadi masalah. sendirian pun sebenarnya sama sekali bukan masalah bagiku. aku telah terbiasa pergi ke mana-mana sendiri, aku terbiasa melakukan apapun sendirian. sendiri itu menyenangkan, kamu tahu, dan aku tidak akan merasa kesepian: ada buku, adahandphone, ada orang-orang asing yang bisa ditanyai (k)apa(n) saja di sepanjang jalan. tapi, kadangkala aku juga ingin memiliki teman bercerita di setiap langkah. aku ingin menertawakan banyak hal di sepanjang jalan, atau sekadar berdebat mengenai apa saja. semudah apapun bagiku melakukan segalanya sendiri, kadang aku tetap merasa membutuhkan seorang teman yang suka berjalan kaki ke manapun juga. aku ingin merasakan kesasar bersama seorang teman secara disengajakan. aku sangat ingin melakukan random awesome day itu, tapi kurasa tidak ada yang mau melakukannya bersamaku. kalau kamu, bersedia tidak jika nanti kuajak?

Aku (ialah) Rumah: Pulanglah

Aku ialah rumah untukmu kembali pulang; maka bersenang-senanglah. Berpuas-puaslah kau bermain dengan hatimu. Dengan mainan-mainan yang kau punya. Jika kau lelah, maka, kembalilah pulang, sayang. Ke hatiku; ia adalah sebenar-benarnya rumah bagimu.Rumah selalu jadi tempat paling nyaman. Bahkan jika kau bandingkan dengan vila mewah dan hotel-hotel bintang lima. Rumah ialah tempat berteduh paling sejuk saat kau hampir mati kepanasan; jauh lebih teduh daripada pohon beringin tua yang rimbun. Rumah ialah persembunyian paling aman dari segala musuh-musuhmu. Rumah ialah penenang paling menenangkan dari segala ketakutan yang kau punya. Rumah tak pernah merajuk meski kau hanya datang sekejap kemudian pergi lagi. Membiarkannya berteman dengan kecoa dan tikus yang membuat kerajaan di dalamnya. Rumah selalu menerima; membukakan pintunya untukmu jam berapa pun kau datang; pagi, siang, petang bahkan tengah malam. Rumah tak pernah marah, meski kerap kali kau datang membawa kumpulan teman-temanmu masuk, memporak-porandakan isinya; mengotori lantainya, mengacak tempat tidur, meninggalkan sampah-sampah bungkusan makanan dan minuman. Ia justru senang, karena setidaknya kau pulang. Pulanglah sayang. Kapan pun kau mau. Kalau boleh, janganlah pulang larut malam; takutnya aku sudah lelap hingga terlambat membukakan pintu. Namun, jika memang kau kan pulang larut, setidaknya berikan aku kabar, agar aku tetap terjaga sembari menunggumu pulang. Rumahmu, Aku.

Tentang Kita

Hai kamu, tujuan dari semua tulisanku. Senja segera tiba saat ku tulis ini, waktu yang begitu sama sama kita suka, kan? Apa kamu sedang menikmatinya di pantai seperti saat kau mengajakku kesana? Atau mungkin di cafe tempat kita biasanya berbincang sampai larut, tempat kita saling merangkul, tempat kita berbagi tawa, hingga pelukkan terakhir kita? Semoga senja di sana seindah apa yang ku lihat dari sini, ya. Sejujurnya aku butuh pundakmu, atau genggam tanganmu saat ini. Tapi, bagaimana caranya? Aku sedang berpikir tentang satu hal, perihal rasa yang selama ini aku agung-agungkan. Untuk pertama kalinya aku merasa, ini tidak seperti rasa yang pernah ada. Aku mulai bertanya-tanya, tapi kau tahu, kan? Aku tak pernah mendapatkan jawabannya jika itu tentangmu. Sesungguhnya cinta ini masih hidup di dalam hatiku, atau hanya kenangan bersamamu yang tak bisa jauh?Bukan, aku tidak sedang ragu padamu, tapi justru aku meragu pada diriku. Aku percaya kau tetap kau yang berhasil mengunciku untuk tetap menjadi milikmu, tapi aku? Aku sedikit kewalahan dengan pikiran yang tak henti henti menyerang dan meminta hatiku berhenti, seolah menyuruhnya berontak dari sarang yang kau kunci tanpa celah. Apa kau tahu apa arti ini? Atau pernahkah kau merasakan ini sebelum akhirnya kau tinggal aku? Sebuah rasa ingin bebas dari hal yang harus ditinggalkan. Memang, semua ini bukan lagi tentangmu, apalagi tentang kita. Saat kau putuskan untuk berjalan sendiri, tak ada lagi cerita tentangmu seharusnya, aku berjalan sendiri, menjalani waktuku sendiri, dan memaksa memasukan kau dalam ceritaku,apa itu sebuah kesalahan?Kini yang aku bisa hanya bertanya, bagaimana denganku? Kau tahu jawabannya? Mereka memintaku berhenti mengamini doa doa, dari orang yang percaya kau akan kembali padaku. Dan, kau harus tahu, bahwa aku tidak mematahkan saran mereka seperti dulu. Apa yang salah denganku? Apa aku hanya jenuh? Aku hanya merasa ini tidak wajar, ketika aku berkata cinta, rindu, tapi tak ada balasannya. Aku tidak ingin menjadi seorang yang terusmunafik, dengan senyum dibibir dan berkata "Cinta tak harus memiliki" Aku masih terlalu bodoh untuk mengerti semua ini, sayang. Tidak seperti dirimu yang dengan mudah mengambil suatu keputusan, bantulah aku temukan jawabannya, ketika tulisan tulisan ini terbawa sampai padamu, katakan padaku apa arti ini, aku akan menunggunya, aku akan menunggumu sampai aku tahu apa yang harus ku lakukan. Maka aku akan terus menulis semua hal tentangmu, juga sedikit tentangku, agar kelak kau bisa membacanya, mungkin saja nanti kau bisa pahami aku, di saat saat yang belum tentu kau tahu rasanya. Sekian dariku, wanita dengan sejuta tanya.

Takdir

Entah apa yang kupikirkan saat aku mulai menulis surat ini. Yang saat ini kurasa hanya sesak yang memenuhi dadaku memaksa untuk dikeluarkan. Ini bukan surat cinta. Ini surat biasa yang kucoba tulis dengan hati berisi desakan-desakan serta rintihan yang mendobrak dari alam bawah sadarku. Aku sudah biasa dipermainkan takdir. Contoh sederhananya adalah ketika aku mencintai seseorang yang nyatanya tidak menoleh sedikitpun padaku, kemudian di saat kuberniat melupakannya yang terjadi adalah dia selalu ada di sekitarku. Semudah itu takdir membolak-balikkan perasaanku. Namun bagiku dibolak-balik oleh takdir perihal cinta hanyalah masalah biasa, aku sudah kebal. Kini sepertinya takdir masih ingin mempermainkanku, ia mungkin merasa jika aku sudah kebal jika ia memainkan cinta, sehingga ia mencari celah lain yang bisa menyakitiku sedemikian rupa. Dan, gotcha! Dia menemukannya. Ia mempermainkan jalan hidupku. Menyakitiku tanpa ampun dengan segala rencananya yang bahkan tidak kutahu sama sekali. Teruntuk, takdir. Bisakah kamu membiarkanku bernapas sejenak dan berhenti mempermainkanku? Aku lelah.

Selasa, 08 Maret 2016

Saat Kau Sendiri

Saat kamu tidak mempunyai sesuatu untuk disakiti, jangan datang padaku. Aku tidak akan pernah menawarkan diri.Jika kau percaya, makan lah sesuatu. Terkadang suatu masalah seperti makanan yang harus kita cerna, kita nikmati dengan penuh rasa suka. Jika kesal mu masih saja belum hilang, pejamkan sebentar kedua mata mu. Lalu, ingat hal-hal baik yang pernah ada disekelilingmu. Ingat aku, jika saja aku pernah menjadi hal yang paling baik dihidupmu. Saat kamu merasa sepi seperti mengejarmu, jangan datang padaku. Aku tidak akan pernah bisa memberi keriaan padamu. Karena di saat-saat seperti ini, mungkin aku sudah tidak lagi disampingmu. Tidak lagi menemani sepanjang baik buruknya mimpimu.Aku hanya bisa memperhatikanmu dari sini, ditempat yang jauh lebih baik dari hari itu. Tempat dimana kamu sudah tidak bisa menyia-nyiakan aku. Seharusnya disaat seperti ini kamu menyadari banyak hal. Tentang betapa aku yang pernah begitu sungguh padamu. Yang tak pernah lelah disampingmu. Saat kamu lelah, ingatkah pernah ada aku yang tak pernah kalah. Berusaha menguatkanmu sementara aku begitu patah. Saat kamu terkukung rindu, ingatkah pernah ada aku yang tak pernah melepas peluk untukmu. Sementara aku begitu dingin dalam malam. Saat kamu begitu egois dalam masalahmu, ingatkah pernah ada aku yang sabar. Selalu ada untukmu hanya supaya kamu tidak merasa sendiri. Meskipun keberadaan ku di saat-saat itu begitu mengganggu untukmu. Saat kamu sendiri, coba kenang lagi yang dahulu pernah kau miliki. Aku dan bahagia untukmu. Aku dan segala egoismu.Aku dan ketidakmampuan bertahan lagi disisimu. Dan kini, aku dan segala doa baik yang tak pernah putus untukmu, menikmatimu dari jauh. Semoga saat kamu sendiri, doa baik ini sampai padamu. Sampai pada hatimu yang dulu pernah mencintai aku.

Terburu

Begitu banyak orang terburu buru di hariini. Entah apa yang ingin dituju. Ada yang menuju cintanya, patah hatinya, kebingungannya, keputus asaannya, bahkan ada yang menuju kau.Jalanan begitu ramai. Penuh sesak. Macet. Seperti kau di rongga-rongga tubuhku. Aku lebih suka memperlambat laju kendaraan. Memperlama waktu hingga bisa sampai ditempatmu. Melihat seberapa mau kau menunggu. Aku berdiskusi dengan pikiran ku, tentang mu. Tentang bagaimana hati ramai-ramai menuju kau. Tentang aku yang tak pernah diawal. Tentang kita yang belum juga di titik akhir. Aku kembali terburu-buru. Mempercepat laju jalanan. Balapan liar dengan bintang-bintang.Sial. Aku yang tak pernah diawal. Sudah ada dia dihadapan kau. Membawa segala dunia, tentang cantik dan kaya. Sedang aku hanya membawa mimpi-mimpi akan hal baik di masa depan. Di detik yang ke sekian, aku melihat kau menghilang. Ditelan dunia, yang cantik dan kaya.

Ingin Sekali

Aku ingin sekali menjadi apa yang kau pikirkan. Menjadi apa yang membuatmu tertegun berjam-jam. Membuatmu menarik pena diatas kertas putih, dan menuliskan aku. Lalu sesekali kamu berhenti, menatap sekitar. Menatap kopi kesukaan dan setelah itu tersenyum karena aku hadir sekilas di kepul asap kopimu. Aku ingin sekali menjadi apa yang kau rindukan. Menjadi apa yang terkadang membuatmu kebingungan. Membuatmu berpikir keras dan yang kau temukan hanya aku dalam kepalamu. Kau tak punya pilihan lain selain menghubungiku, dengan malu-malu. Berbekal rindu yang membuncah dari dada kirimu. Indah sekali rasanya menjadi apa yang kamu pikirkan. Menjadi apa yang kamu rindukan. Apa aku bisa, Bunt??

Kamu Yang Kutunggu

Hai lagi kamu yang akan selalu jadi inti dari surat ini. Aku menunggu kedatanganmu yang seharusnya bisa kuprediksi. Menanti kamu yang harusnya bisa untuk kudatangi. Tapi, aku lebih menunggu disini. Masih mampukah kita berteman dengan cinta, merasakan detak yang terpacu melebihi deburan ombak menghirup wanginya hujan yang berkencan dengan tanah. Aku tahu, kamu tidak akan datang tiba-tiba. Kamu akan datang tepat pada waktunya.Aku tahu kamu semakin dekat, karena aku mulai tahu rasa rindu yang hanya dapat terbayar jika aku melihatmu. Mulai tahu bagaimana ajaibnya hujan mengantarkan rindu. Mulai tahu rasa khawatir saat sesuatu yang buruk menimpamu. Pernahkah kamu merasakan hal seperti ini, hal dimana yang mampu membuatmu rela matahari tak terbenam demi terus bisa melihat bayangan seseorang yang special.Hal dimana ada rasa bahagia terselip dihatimu saat mampu melihat senyum matahari beriringan dengan senyummu. Aku selalu menunggumu disini, di tempat yang telah aku siapkan. Tempat paling rapi untuk kamu yang spesial, aku harap kamu memang akan cepat datang. Jika kamu tidak datang, hujan pun mungkin tak akan turun, ini mungkin berlebihan, tapi kamu memang selalu aku lebih-lebihkan. Jika hujan tak akan turun, aku percaya, aku akan tetap merasa nyaman hanya dengan menikmati gersang yang bercampur dengan tawa hangat seseorang. Dan aku percaya selalu ada rasa bahagia yang hanya akan terjadi saat mataku diam-diam ada dimatamu, suatu saat nanti.

Bagaimana Jika

Bagaimana jika ketika kamu tau sapaan paginya bukan lagi untukmu? Bagaimana jika ketika kamu tau senyum indahnya bukan lagi karena tawa riangmu? Bagaimana jika ketika kamu tau jemari tangannya tidak lagi untuk menggenggam tanganmu? Bagaimana jika ketika kamu tau bahu tempatmu bersandar bukan lagi untuk kepalamu? Bagaimana jika ketika kamu tau tawa riangnya bukan lagi untuk candaan mu? Bagaimana jika ketika kamu tau di langkahnya tidak lagi menuju tempatmu? Bagaimana jika ketika kamu tau di nadinya bukan lagi namamu yang mengalir? Bagaimana jika ketika kamu tau nama disetiap doa nya bukan lagi terucap namamu? Bagaimana jika ketika kamu tau otaknya bukan lagi untuk memikirkanmu? Bagaimana jika ketika kamu tau cintanya hari ini esok dan seterusnya bukan lagi untukmu? Bagaimana aku jadinya? Aku hancur dan lebur

Jumat, 04 Maret 2016

Tanpa Judul

Dengan segenap tenaga aku mencoba untuk mengusirmu, bayangmu, dan semua tentang rasaku padamu. Namun kini, hanya dalam hitungan menit, sepertinya usahaku gagal. Aku memutuskan untuk melupakanmu. Merelakan kamu, bahagia dengan kekasihmu. Aku mundur secara teratur dan tidak lagi mencoba mengingat serta memikirkanmu. Namun haruskah kukatakan berapa sulitnya itu?Aku sudah sering seperti ini. Mengatakan akan melupakanmu, menjauhimu, dan tak lagi ada menunggumu. Namun, semua seperti percuma, ketika takdir berulang kali juga menghentakku keras. Aku hampir melupakanmu, berulang kali, namun takdir mempertemukan kita kembali. Bolehkah aku mengingatkanmu perihal pertemuan-pertemuan kita? Semua tentang takdir. Takdir yang memutuskan kita untuk berada di satu tempat. takdir yang memutuskan kita untuk saling bertemu, berulang kali, dan takdir yang memutuskan bahwa aku harus menyerah pada kamu, berulang kali. Aku jatuh cinta. Padamu. Sosok yang dianggap nyaris biasa saja. Dan aku jatuh, sedalam yang aku bisa. Kemudian aku sakit, dan berusaha bangkit. Saat hampir bangkit, kita dipertemukan dalam berbagai cara dan kemungkinan. Aku lelah dipermainkan takdir. Namun aku enggan mengajukan diri dan menawarkan hati serta diriku untukmu. Aku ingin berteriak, mungkin sangat keras hingga suaraku tidak lagi terdengar. Aku ingin kamu tahu apa yang kurasa tentangmu. Aku ingin. Namun aku enggan melakukannya, aku takut. Haruskah kuteriakkan kalimat yang selama ini kutahan padamu? Haruskah kudengungkan jutaan airmata dan pengharapan atasmu? Dan bisakah kita hentikan permainan gila ini?

Jawab Saja Dulu

Apa suasana hatimu sedang baik-baik saja sekarang? Ini penting. Karena aku yakin, kita akan berakhir dengan bertengkar hebat karena surat ini cukup emosional untukku. Dan arogansimu akan menuntun kita pada drama baru. Begini, kamu tahu aku tidak termasuk dalam barisan perempuan malu-malu. Semua kalimat manis yang kutulis tentangmu, hampir semuanya pernah kau dengar langsung dari bibirku. Puji-pujian tentangmu bahkan kamu meminumnya langsung dari mataku. Apa yang belum kamu paham tentang bagaimana hebatnya pengaruhmu padaku? Tentang bagaimana aku menggilai segalamu. Tentang bagaimana aku memuja sensasi magis darisetiap sentuhanmu. Tentang bagaimana aku jatuh adiktif pada serangan kecupanmu. Tak ada yang bersisa dariku. Saat menatap diriku sendiri di cermin, yang kudapat hanya milikmu. Ini milikmu. Aku punyamu. Lalu kamu?Apakah ada aku di situ? Seberapa besar ruanganku dalam hatimu? Sedang dadaku selalu kepenuhan namamu. Apakah aku sering berlari-lari di kepalamu? Sedang kamu merata di segala penjuru dalam kepala. Pernahkah kau mengingatku saat tangan-tangan cantik mereka menari di lehermu? Sedang aku bahkan tidak bisa berhasrat pada yang lain. Tentu saja kita akan saling menarik urat leher malam ini. Jawab saja dulu. Berapa pun episode drama yang kamu inginkan malam ini, aku siap. Aku, perempuanmu.

Kita yang Bukan Siapa-Siapa

Kamu ingat saat kita menghabiskan sore dipantai? Kamu ingat martabak mie?Aku tidak memaksamu mengingatnya, karena kamu mungkin lupa hal-hal kecil seperti itu. Aku hanya sedang membuat daftar tentang apa yang pernah kita lakukan berdua. Semacam melakukan napak tilas tentang kita yang bukan siapa-siapa.Tapi sudahlah, aku hanya mengenangnya bukan untuk membahasnya. Aku sedang malas terlibat dalam drama yang kau dan aku sendiri saja tidak tahu akan berujung kemana. Aku sedang tidak berminat membahas kisah kita yang kemarin. Diam-diam Bunt, aku selalu membuat daftar tentang apa yang harus aku syukuri dan aku suka dari kita. Kamu juga bisa mencobanya, daftar ini juga dapat membantumu melepaskan kenangan. Hahaha dari si dia. Tak apa inihanya perkara waktu, dan aku tahu kamu mampu. Daftar yang kubuat kali ini berjudul “Terimakasih”, Bunt. Kubocorkan sedikit ya seperti apa daftarku. (1) Terimakasih telah membuatku tahu, rasa khawatir saat sesuatu yang buruk menimpamu. (2) Terimakasih telah membuatku tahu, rasa bahagia saat melihat matahari beriringan dengan senyummu. (3) Terimakasih telah membuatku tahu, singkatnya waktu saat aku terlalu nyaman dibahumu. (4) Terimakasih telah membuatku tahu, panasnya hati saat kaum hawa lain menarik fokusmu dariku. (5) Terimakasih telah membuatku tahu, betapa aku diam-diampemilik hati yang tulus. Kita yang bukan siapa-siapa ini bisa saja kan nantinya menjadi siapa-siapa. Bisa saja kan, tiba-tiba kamu terbangun dari tidurmu dan isi kepalamu hanya ada aku. Kemudian lima tahun kedepan kamu datang kerumahku membawa keluarga besarmu dan kita, ah sudahlah aku hanya bercanda. Itu hanya pikiran gila. Lupakan.Tapi, siapa yang bisa tahu apa yang akan terjadi satu menit kedepan. Siapa,uhm, sudahlah, entah berapa banyak “siapa” yang sudah aku tulis. Kamu mungkin sudah bosan. Aku tidak tahu bagaimana mengakhiri surat ini, karena sesungguhnya aku pun enggan ini berakhir. Aku hanya ingin kamu sedikit mengerti perihal mimpi dan khayalan tak penting ini, yang aku harap tentang kita dapat terjadi.

Untuk Para Pejuang LDR

Hai, salam kenal kalian, para pemilik hati yang hebat Aku tulis surat ini bukan tanpa alasan, melainkan ada modus yang akan aku bawa. Aku kagum pada kalian, para pemilikhati yang lebih kuat dari hatiku. Hati yang mampu bersahabat dengan jarak, ratusan bahkan ribuan kilometer untuk menjalin suatu hubungan yang baik-baik saja dengan seseorang yang juga memiliki hati yang sama. Ada yang sama-sama setia menjaga rasanya agar tetap sama. Ada yang diam-diam merindu namun tau bahwa apapun yang dilakukan tak akan bisa membuatnya bertemu melainkan sang waktu. Ada yang dengan tenang memainkan perasaannya dengan melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Ada yang dengan sekuat tenaga menjaga cintanya walaupun sebenarnya dia tau cintanya itu tak akan mampu dipertemukan dikesempatan yang lebih sempurna. Aku pikir, cinta tidak sesulit itu, kan?Kepercayaan? Komitmen? Komunikasi? Beberapa teori tentang LDR sudah aku cerna. Intinya memutar pada yang itu-itu saja. Aku pikir, teori-teori itu tidak akan bisa diaplikasikan seluruhnya secara bijaksana demi hubungan jarak jauh yang sempurna. Karna teori hanyalah sebuah teori. Kisah kalianlah yang lebih berarti, mengena dihati. Karna aku percaya hubungan tidak akan berjalan disitu-situ saja. Ada kalanya aku juga harus berhubungan baik dengan jarak, mungkin saja secara tiba-tiba, untuk mendekatkan aku dan dia. Tapi hati bukanlah ‘sosok’ yang bisa diajak untuk bekerja secara tiba-tiba. Perihal hubungan, jarak dan hati aku ingin mempersiapkannya sebaik aku belajar mencintai dia yang ada disetiap doa dan ingatanku hingga detik ini. Maka, mau kah kalian melatih hati yang gemar bergetar menahan tangis saat mendengar kata ‘pamit’ ini?

Rabu, 02 Maret 2016

Aku, Kamu Dan Perbedaan Kita

Sering aku mendengar banyak yang bilang jodoh itu ngga perlu dicari, nanti juga datang sendiri. Kadang yang tadinya udah deket, udah pacaran lama, tiba-tiba ditengah jalan jadi ngga yakin lalu berhenti, ada juga yang tadinya merasa ngga yakin, biasa saja, malah jadi cinta. Aneh, tapi itu cinta. Seperti aku dan kamu, aku tak pernah membayangkan akan menjadi bagian dari hidupmu yang memang sebenarnya kamu bukan tipeku, begitupun yang kamu katakan padaku, kamu tak pernah membayangkan bahwa aku yang cuek, kasar, emosional, egois, manja, cerewet, dan kekanak-kanakan ini menjadi seseorang yang paling kau cintai, padahal kamu mengakui bahwa kamu lebih menyukai perempuan yang lembut, pendiam, dewasa, atau mungkin wanita tinggi. Wah, semua itu bertolak belakang dengan sifatku, tapi aku senang kamu bisa menerimaku apa adanya. Jika pasangan lain merasa nyaman dengan persamaan yang mereka miliki, ya berbeda pula dengan kita. Kita merasa nyaman dengan semua perbedaan kita, dan dengan semua kekurangan kita masing-masing; ku yang penakut dan kamu yang pemberani, kamu yang ambisius dan aku yang terlalu cuek, kamu yang suka pedas tapi aku tidak, aku suka warna putih, kamu suka warna hitam. Dan masih banyak lagi perbedaan kita sampai tak bisa kusebut satu per-satu. Tapi ada satu persamaan kita yang sulit dihindarkan; ego kita masing-masing. Namun, setiap hubungan memang tak pernah ada yang berjalan mulus, pasti selalu ada kerikil tajam yang memicu pertengkaran, walaupun memang sih beberapa orang mengakui kalau suatu hubungan ngga ada pertengkaran itu bagaikan laut tanpa ombak. Saat kita bertengkar karna perbedaan pendapat dan pemikiran, kadang aku suka berfikir, apa mungkin aku dan kamu yang bertolakbelakang ini bisa menjadi satu? Bisakah menjadi kita? Bukan hanya aku dan kamu saja dalam kehidupan berbeda. Sulit memang, tak ada yang mau mengalah. Tapi seiring berjalannya waktu dan hubungan ini, aku sadar sebuah perbedaan bukanlah penghalang, tapi sebuah pelengkap untuk saling melengkapi satu sama lain, bagai hitam dan putih; apa gunanya kertas putih jika tak ada tinta hitam diatasnya? Apa gunanya cahaya jika tidak ada gelap? Apa gunanya laki-laki jika tidak ada perempuan. Perbedaan aku dan kamu adalah hal yang indah sayang, karna perbedaan itu yang bisa membuat kita utuh, iya kan sayang? Ya, sosokku yang penakut bisa kaulengkapi dengan kau yang pemberani, dan sosokku yang masa bodoh bisa kamu lengkapi dengan sikapmu yang ambisius dan telaten, dan banyak dari semua perbedaan kita yang bisa saling kita lengkapi bersama. Bagi kita perbedaan kita bukanlah bumerang. Jika mereka yang berpendapat pasangan itu lebih baik jika memiliki banyak persamaan dan kesukaan, bagi kita justru sebuah perbedaan adalah awal dari satu keutuhan hubungan yang saling melengkapi. Tetaplah jadi dirimu apa adanya yang menerimaku apa adanya pula sayang. Aku mencintaimu.

Ku Pastikan

Saya pastikan kamu bahagia disini. Jika kamu pergi nanti, saya akan genggam tangan kamu, dan jangan berharap akan saya lepaskan. Jika nanti kamu potong tangan saya, saat kamu lelah dengan semua ini, kamu dapat pergi. Namun nanti, saya akan cari kamu! Bukan untuk meminta potongan tangan saya, namun... Saya akan meminta setengah hati kamu, setengah jantung kamu, dan diri kamu. Saya berjanji untuk membahagiakanmu, tapi jangan pergi. Saya harap, saya tidak kehilangan tangan saya. Jika iya, saya takut takkan bisa menggunakan cincin kita nanti, itu yang terburuk. Namun, apabila saya tidak dapat hidup sampai saat itu. Katakan pada perawat saya, bahwa saya tidak mau terkubur bersama jantung dan hati saya. Saya mau ruang itu kosong! Karna saya tak bisa memenuhi janji saya; untuk tetap bersamamu dan membahagiakanmu. Dan kamu! Jika nanti kamu temukan kembali tempat nyaman pengganti saya. Katakan pada orang beruntung itu, bahwa saya mau kalian kubur hati dan jantung saya ditempat pertama kali kalian bertemu. Saat itu semua tentang kita akan hilang terkubur. Namun sebelum itu, saya akan menunggu didekatmu, disisimu. Menanti hati dan jantung saya kembali, untuk memastikan kamu bahagia. Baru saya bisa pergi.. -Yang mencintaimu dengan sangat-

Tentang Kenangan

kepada hati,tempat dimana segala perasaan -cinta- tumbuh dan matiAku tak menyalahkanmu ketika kau dengan polosnya membiarkan rasa itu mencabikmu perlahan. Kau biarkan luka semakin melebam di sekujur tubuhmu. Dan, kau mengatasnamakan cinta sebagai alasannya. Sungguh. Aku tak menyalahkanmu! Aku hanya miris, melihat betapa lemahnya kau di hadapan cinta. Betapa rapuhnya kau ketika harus dihadapkan pada kenangan. Kau seharusnya tahu perihal cinta yang akan selalu menghadiahkan kenangan sebagai pelajaran hidupmu ke depan, entah itu pahit maupun manis. Seharusnya kau baik-baik saja ketika aku memutarkan kembali kenangan-kenangan itu. Bukannya malah menangisi rasa yang sudah lama mati dan terkubur oleh waktu. Menyesali apa yang terjadi di masa lalu seolah semuanya adalah salahmu, karena kau membiarkan perasaan itu keluar masuk tanpa mempertimbangkannya denganku.Hey, itu bukan salahmu! Aku mengerti kau sangatlah perasa, tak mungkin membiarkan cinta terlunta-lunta. Tetapi, bukankah aku sudah mengajarimu bagaimana caranya berdamai dengan kenangan? Mulailah praktikkan! Ikhlaskan saja semua yang sudah terjadi, tak perlu menyalahkan siapa-siapa, karena memang tak ada yang salah dalam cinta. Takdir sudah memilih jalannya sendiri. Kau hanya perlu melewatinya dengan lapang dada. Dengan begitu, semua akan baik-baik saja. Kuingatkan padamu. Jangan menyuruhku melupakan kenangan itu lagi. Jangan, karena aku tak mungkin bisa melakukannya. Tugasku adalah mengingat apa-apa yang pernah terjadi, termasuk kenangan itu sendiri. Toh, melupakan kenangan tidak berarti menyembuhkanmu dari luka bukan?Mulai sekarang, cobalah berdamai dengan kenangan. Aku akan membantumu. Kau pasti bisa! Maaf aku tak bisa berbicara langsung padamu, karena jarak kita terlalu jauh, meskipun masih berada dalam satu tubuh yang sama. Kita pun tak sejalan, kau terlalu sibuk merasakan, sedangkan aku sibuk memikirkan. Aku takut kau tersinggung nantinya. Baiklah, mulai sekarang cobalah bekerjasama denganku. Mintalah pendapatku ketika ada cinta yang mengetuk pintu, agar kau tak terluka lagi. Kita harus menjaga tubuh yang kita tinggali dengan baik. Agar dia tak lebih sering menghujani pelupuknya dengan duka. Dari ingatan yang menolak lupa segala kenangan.

Mengalah atau memang Kalah??

Aku yang menurutmu perhatian, baik, setia, selalu ada, tapi kalau dihatimu akubukan siapa-siapa, apa hebatnya? Sedangkan dia yg menurutmu kurang perhatian, tak setia, dan hanya mempermainkanmu, tapi kalau dihatimu adalah segalanya. Berarti dia juaranya!Jika kamu mobil, maka aku ini tak ubahnya bengkel, kau menemuiku hanya ketika ingin memperbaiki kondisimu yang jengkel. Disaat dilanda kecewa, kamu kepadaku membawa urai air mata, dan entah mengapa aku justru bangga. Kemudian aku berusaha sebisaku sehingga membuat matamu kembali berbinar, sampai senyummu kupastikan melebar. Sementara dia? dia bagaikan garasi, tempatmu kembali, mengistirahatkan diri dari malam hingga pagi. Kepadaku, seberapapun lamanya kamu mampir, aku sadar itu hanya parkir, bukan sebuah pemberhentian terakhir. Iya, sebatas itu tugasku, dan selalu begitu. Lalu kamu kembali kepadanya membawa bahagia karnaku. Selalu begitu, selalu terulang, sudah tak terbilang. Kamu bodoh! Terus bertahan dengan dia yang hanya mempermainkanmu. Masih memilih dia yang memang tak pernah setia. Atau sebenarnya aku sendirilah yang bodoh, terus menyambutmu meski ini tak ada bedanya dengan pelarian. Aku bingung, aku ini mengalah, atau sebenarnya memang kalah? Tertanda, Wanita yang selalu menyambutmu dengan senyuman

Rindu Kamu

Jarak memang membunuh waktu kebersamaan kita. Dan aku tak mampu lagimelihat senyum itu merekah indah setiap hari. Untuk kamu yang aku rindu, Aku bukanlah apa-apa jika dihadapkan oleh jarak. Aku bukanlah anak ajaib yang mampu melipat jarak. Aku sungguh tak berdaya saat pelukanku tak pernah sampai untukmu. Dan pada akhirnya aku hanya bisa mendekapmu dalam doa. Sepertinya kamu mulai bosan mendengar kata ‘miss you’ dari mulutku. Kata yang selalu aku ucap setiap waktu. Apalah aku yang cuma bisa mengucap namun tak segera datang mendekat. Kalau pintu kemana saja itu nyata, aku tak pernah belajar arti kata rindu. Tapi, kalau boleh tahu apa kamu juga rindu aku? Aku tahu jawabannya pasti tidak. Mungkin ada wanita lain disana yang sanggup ada setiap waktu untukmu. Atau mungkin sekarang kamu juga sedang menunggu? Menunggu wanita lain selain aku? Aku tak pernah tahu. Namun, aku ingin kamu tahu kalau rindu ini semakin pekat. Bahkan asap polusi di kota ini tak sepekat rindu yang mengisi kepalaku. Jika kamu baca surat ini semoga tahu kalau ini untukmu. Karena aku tak menuliskan nama dan alamat lengkapmu. Tertanda, Aku yang selalu bilang rindu.

Jangan!! :)

Teruntuk Lelaki yang tak pernah lelah membuat aku jatuh cinta.Aku tak pernah tahu kapan aku harus berhenti mencintaimu. Jadi jangan pernah terbesit sedikitpun keinginan untuk memohon padaku untuk melepaskanmu. Jangan!Dari Perempuan yang tak pernah lelah jatuh cinta padamu.

Kembalilah Hati

Untuk hati yang masih saja berlari sendiri. Anggap saja ini surat peringatan untukmu, karena dengan logika pun kau tak pernah perduli. Apa yang sebenarnya kau cari? Cinta? Bahagia? Kepuasan? Atau kau ingin membalas atas luka yang lalu? Luka karena tulusmu yang terabaikan. Ya, aku paham. Tapi apakah kau lupa? Bukankah terkadang luka itu justru kau ciptakan sendiri? Dengan menjatuhkan dirimu dalam pelukan yang salah. Logika sudah memperingatkanmu, “jika kau sudah siap jatuh cinta, kau juga harus siap untuk jatuh terluka”. Ya, seperti biasa. Kau menulikan pendengaranmu, membutakan pandanganmu ketika dewi cinta menancapkan panahnya padamu. Dan kini kau terluka (lagi). Lihat dirimu sekarang, semakin rapuh dan goresan itu semakin memenuhi tiap sudut ruangmu. Sampai kapan kau memaksa dirimu berlari dan berhenti untuk singgah pada pelabuhan-pelabuhan yang semu itu?Pulanglah, sudah saatnya kau kembali padaku yang berhak atasmu. Aku yang seharusnya mengendalikanmu dan tidak membiarkanmu memelihara luka sendirian. Berhentilah mencari yang seharusnya tidak perlu kau cari kembali. Rumah yang sebenar-benarnya rumah ada di belakangmu, ia berdiri dengan setia meski tak sedetikpun kau menoleh ke arahnya. Dan tangannya yang kokoh mampu memelukmu, melindungimu dari gigil karena dinginnya rindu. Berhentilah berkelahi dengan logika, yang terkadang benar. Kau tahu? Saat ini aku lelah, wajah yang selalu basah dan sembab yang timbul membuatku jengah. Tidakkah kau merindukan senyumku? Berdamailah dengan kenyataan, Berdamailah dengan logika, Dan berdamailah dengan luka dan keegoisan yang kau ciptakan. Kali ini percayalah padaku, bahagia bisa kita ciptakan sendiri, bahagia bukan di tangan mereka yang hadir sekedarnya. Banyak kebahagiaan sederhana yang selama ini kau lupakan. Bukan kau saja, tapi akupun. Biarkan logika bekerja sebagaimana mestinya. Jadi kembalilah (hati) tanpa perlu kau berlari (lagi) Tertanda, Aku yang memilikimu.

Karena Kamu

Teruntuk kamu yang pernah singgah, Karena kamu, saya mengenal apa yang disebut baik dan apa yang disebut buruk. Karena kamu, saya mengerti kalau tidak semua hal harus terjadi sesuai dengan keinginan saya.Karena kamu, saya bisa membedakan mana yang tulus dan mana yang palsu. Karena kamu, saya jadi tahu ciri-ciri lelaki brengsek. Karena kamu, saya lebih menghargai waktu yang saya punya. Karena kamu, saya menjadi pribadi yang lebih dewasa. Karena kamu, saya lebih menghargai dan mencintai diri saya sendiri. Karena kamu, saya belajar banyak hal. Terima kasih, kamu.

Aroma Lengan mu Bunt

Untuk Lelaki yang Aromanya Menempel Pada Lengan Baju Kiriku. Apa kabarmu kini? Setelah ku pikir kita lama tak bertemu, bukan karena waktu, hanya karena rindu yang menggebu-gebu bertamu kamu. karena satu menitpun sudah terlalu lama. Kau tentu tahu, aku selalu bahagia saat kepalamu berada dekat bahuku, atau bahkan sangat dekat hingga menyentuh pipiku. Kupikir itu adalah sebab ada aromamu yang menempel padaku, pada lengan bajuku. Saat kita harus sama-sama pergi, kupikir hanya aroma ini yaitu wangi-wangianmu dan pesan-pesan singkat kita yang buatku merasa tenang. Buatku tak jadi gila. Saat mencucipun, kenangan-kenangan rindu itu muncul lagi, tapi menjadi semakin hilang, semakin pilu dan terdiam. Bahkan aku sempat berpikir untuk mencari wangi yang sama dengan wangi yang kau punya. Setidaknya agar wanginya masih bisa kubuat ada di lengan kiri setelah dicuci. Kapan kau tak sibuk? hanya untuk sekedar merapat tangan sembari berpelukan untuk menikmati awan. Terimakasih untuk Aroma yang selalu ada di ingatan. Tertanda, Aku

Cinta itu (tak) mudah

Kupikir jatuh cinta itu mudah. Kupikir cinta itu hanya sedangkal; laki-laki dan perempuan, saling suka, memberi pujian, itulah cinta. Ternyata aku salah. Cinta yang seperti itu adalah cintanya para remaja. Kata orang tua cinta monyet. Monyet memang bisa jatuh cinta? Cinta tak semudah yang kupikirkan. Aku melupakan gugup sampai-sampai jantung seakan mau copot saat menerima chat darimu. Aku melupakan dianggap 'gila' karna senyum-senyum sendiri memikirkanmu. Aku melupakan sulitnya menahan godaan kiri dan kanan; seseorang yang kupikir jauh lebih sempurna darimu. Aku melupakan rasanya cemburu kala melihatmu didekati perempuan lain. Aku melupakan bagaimana rasanya cemas kala ia yang dicinta tak memberi kabar. Aku melupakan bagaimana rasanya sesaknya dada kala rindu tapi tak kunjung bertemu, sampai-sampai bernapas pun sulit. Aku melupakan bagaimana rasanya sulit tidur sampai pusing karna memikirkan yang dicinta. Cinta ternyata tak mudah. Walau tak mudah, aku berusaha untuk tidak menyerah. Aku belajar mencinta dengan sebaik-baiknya. Mencintai kamu.