Senin, 22 Agustus 2016

Arghh Haruskah??

haruskah aku berlari lagi? atau mungkin sebaiknya aku bersembunyi? merasa tiap hal memberati merasa kebodohan ini teralu menyesaki hati. haruskah aku pergi? atau mungkin sebaiknya ku hadapi? terlalu bimbang aku menapaki terlalu lelah aku menyesali. Haruskah aku berjalan kembali? atau sebaiknya aku sejenak merenungi? karena tak mudah bagiku memilih terus bertahan atau lari bersembunyi

Haruskah??

Haruskah aku tetap menunggumu, seseorang yang dengan sadar telah memalingkan wajah dari sayangku? Haruskah aku mengejarmu, seseorang yang dengan sengaja telah berlari menjauh dari cintaku. Haruskah aku membencimu, seseorang yang dengan sabar ajarkan aku arti ketulusan? Haruskah aku melupakanmu, seseorang yang dengan baik hati telah menumbuhkan rasa indah? Mengingatmu menyakitiku, melupakanmu aku tak mampu :(

Masih Tentangmu

Aku masih berada disudut yang sama masih mengulang mengingat memori yang sama dengan orang yang sama, kamu. Bertubi aku nyaris putus asa berkali aku hampir berlutut dan memohon namun, rasa antipatimu pada sisi lemahku membuatku kembali bertahan kembali membuatku berdiri, menyeka air mata. Sejujurnya kau adalah pria paling keras kepala dan egois yang pernah ku kenal dan sialnya aku menyadari sepenuhnya pesonamu dan mungkin entah bodoh atau naif memilih untuk jatuh cinta padamu.

Senin, 08 Agustus 2016

Sebuah Rumah untuk "Harapanku"

Hai Harapanku, semoga kamu senantiasa "hidup". Karena "hidup"mu adalah nyawaku untuk tetap ada dan berjuang. Saat surat ini diketik, kamu pasti sedang tertidur di mobil dalam perjalanan menuju keajaiban dunia. Sedangkan aku tengah tersenyum membayangkan kamu, kita, dan masa depan. Menyenangkan. Harapanku, Bagaimana rasanya mendampingiku? Apakah rasanya sebahagia mendampingimu? Atau justru menyebalkan? Harapanku, melalui surat ini, aku ingin menyampaikan hal yang sebenarnya sudah sering kuucapkan. Aku ingin berterima kasih atas keberadaanmu, bahkan di dalam ketiadaanmu. Terima kasih karena kamu selalu bisa diandalkan. Terima kasih untuk ketulusan yang tak pernah habis. Terima kasih untuk keinginanmu tumbuh dan belajar bersama bersamaku. Terima kasih telah memenuhi butuhku dan telah membutuhkanku. Terima kasih banyak. Harapanku, Melalui surat ini, aku ingin mengungkapkan alasanku memilihmu, sesuatu yang pernah kau tanyakan tempo hari. Harapanku, aku memilihmu karena aku melihat ketulusan di matamu. Sesuatu yang tidak bisa dimiliki dengan ijazah atau harta. Aku memilihmu karena keinginanmu yang kuat untuk menjadi lebih baik, lagi dan lagi. Sesuatu yang kubutuhkan untuk anakku nanti. Harapanku, aku memilihmu karena keras kepalamu dalam kebaikan. Sesuatu yang akan jadi semangatku untuk mencapai tujuan. Harapanku, seperti kau tahu, jalan untuk menuju rumah kita masih sangat jauh. Mungkin tidak akan mudah. Maukah kamu menggenggam tanganku erat dan berjalan bersama? Maukah kamu menumpuk lebih banyak sabar untuk aku yang keras kepala? Maukah kamu melembutkan suaramu untuk menasehatiku? Maukah kamu meluangkan waktumu di antara sibukmu untuk mendengarkan remehku? Karena jika kamu menanyakan hal yang sama, aku akan menjawabnya dengan, "Aku akan senang hati melakukannya untukmu, untukku, dan untuk kita". "Harapanku, Surat ini akan kuakhiri dengan satu doa. Satu harapan. Satu kamu. Semoga akan lebih banyak mimpi kita yg kita raih. Semoga.

Aku BenCintaimu

Aku benci kamu. Aku benci saat perasaan gugup diam-diam memeluk, Dan menjadi semakin erat ketika kau semakin mendekat. Aku sesak, Aku benci kamu. Bila kau bertanya sebuah pertanyaan yang tak dapat ku jawab. Aku benci terlihat bodoh didepanmu. Aku benci saat kau menggodaku. gAku benci saat jantungku berhenti sesaat. Namun, kemudian berdegup sangat cepat. Aku benci saat kau menatapku. Aku benci menjadi memerah. Aku benci menjadi salah tingkah. Aku benci kehilangan kata. Aku benci saat aku tak lagi dapat menahan rasa. Aku benci menyadari kedunguanku mengungkapkan perasaanku. Aku benci saat kau hanya tersenyum manis untuk menjawabnya. Aku benci menjadi terpaku. Aku bencintaimu.

Bagaimana Jika??

Bagaimana jika bukan aku yang terlebih dahulu mencintaimu??? Bagaimana jika aku menahan perasaanku?? Bagaimana jika aku tak memperjuangkan keinginanku?? Bagaiamana jika aku ternyata tak rasakan rasa yang sama??? Karena setiap kisah begitu saja terbaca.. Bagai melodi yang digumamkan saat senja. Sesederhana hujan yang datang tanpa bicara Dan bintang yang berbinar tanpa jeda. Konon cinta tak mengenal tanda tanya, Katanya cinta juga hadir tanpa alasan, tapi kuyakin tak ada yang lebih abadi dari Tuhan. Maka bisa saja rasa yang kau sebut cinta ini berakhir dan menghilang Perlahan... Atau tiba-tiba....

Kamu ku

Aku tak pernah takut kehilangan kamu. Karena ku tahu cepat atau lambat aku harus melepasmu pergi. Yang ku takutkan adalah ketika kau sakit namun aku tak berada disisimu. Aku tak pernah khawatir ketika aku harus berbagi cintamu. Karena ku pahami duniamu bukan hanya tentang aku,tak cuma berisi cerita cinta kita. Yang ku khawatirkan adalah saat kau galau dan aku tak dapat lagi tenangkan hatimu dengan pelukan atau candaku. Bila saat itu datang, saat dimana kau harus melangkah pergi. Aku ingin kau berjalan tanpa menoleh lagi. Dan biarkan aku mengantarmu, melambai dan tersenyum. Berbalik dan tak kan menangis. Tak kan ada air mata yang memberatkanmu. Tak akan ada rajukan yang menghalangimu. Dan biarkan koyak ini ingatkan betapa manisnya aku pernah dikasihi :)