Sabtu, 27 Februari 2016

Untuk Mu Bunt Jangan Bersedih

Untukkmu Bunt ku, Jangan bersedih. Selama bumi berputar, akan selalu ada orang yang berusaha menjatuhkanmu. Memandang rendah pada dirimu. Tidak menghargai pencapaianmu. Menghakimi pilihanmu. Menyalahkan keputusanmu. Menatapmu dengan penuh benci dan menganggapmu sebagai pecundang. Jangan bersedih. Selama bumi berputar,akan selalu ada orang yang tidak bisa memahamimu, tidak bisa mengerti keadaanmu. Itu hal yang wajar karena mereka tidak menjalani kehidupanmu. Mereka hanya duduk di bangku penonton, sedangkan kau adalah pemeran utamanya. Mereka tidak akan mengerti apa-apa. Jadi, mulai saat ini berhenti untuk minta dimengerti. Di dunia ini tidak akan ada yang bisa mengerti keadaanmu sebaik dirimu sendiri. Untukmu, Kuingatkan, menjadi telinga bukan perkara yang mudah. Mereka mungkin mendengarkanmu, namun percayalah bahwa sebagian besar dari mereka melakukan itu bukan karena peduli. Bukan karena mereka benar-benar ingin menyelami kepribadianmu. Bukan pula karena mereka ingin menjadi bagian dari hidupmu.They hear not for listen to, but for reply. I’ve been there. Aku tau betul apa yang tengah kau rasakan. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah berhenti memberi penjelasan, berhenti menceritakan apa yang sedang atau akan kau lakukan. Karena mereka yang benar-benar menyayangimu tidak butuh itu, sedangkan mereka yang membencimu tidak akan percaya ucapanmu. Untukmu, Jangan bersedih. Kau boleh gagal, kau hanya tidak boleh menyerah. Selama kau melakukan itu, aku akan senantiasa menyemangatimu. Sekarang, hapus air mata dan singsing lengan baju. Perjalananmu masih sangat panjang dan akan semakin terjal. Semangat sayang

Pernah Bunt??

Pernahkah kamu merindukan aku? Tiba-tiba saja pertanyaan ini melintasi pikiranku, memaksa otaku berfikir dan bertanya “apakah kamu pernah? Kapan ?Seberapa sering? Apa serupa dengan rinduku ?”. Pertanyaan itu belum terjawab hingga aku menulis surat ini. Apakah rindumu terlalu bisu? Apakah rindumu terlalu pemalu? Atau mungkin rindumu terlalu lugu? Apakah benar rindumu terlalu bisu, pemalu, dan lugu seperti itu? Atau mungkin aku tidak pantas mendapatkan rindumu? Apakah menurutmu aku belum siap dijatuhi rindumu? Jika memang begitu, sampaikanlah, walau itu menyebalkan bagiku. Jangan merindukan aku karena kasihan sayang. karena itu lebih menyebalkan daripada tidak pernah di rindukan. Jadi, pernah kah kamu merindukan aku ? Perindu yang belum pernah di rindukan.

Untuk Pasanganku Kelak

Hai... Halo.. Mungkin saat aku menulis ini, aku belum mengenalmu. Atau bahkan belum pernah bertemu denganmu. Dan bukan tidak mungkin, jika kamu adalah seseorang yang sudah kukenal dalam waktu yang sangat lama, yang tanpa kusadari ternyata adalah jodohku. Kau harus mengingat hal ini ketika kau marah padaku. Bahwa aku, memilih kamu diantara banyaknya manusia untuk menjadi pendampingku. Kau tahu, aku pernah mencintai lelaki sebelum kamu. Aku mencintai dia begitu hebatnya, sampai titik dimana aku berfikir bahwa aku takkan pernah jatuh cinta lagi. Sampai akhirnya, aku bertemu denganmu. Seluruh pikiranku tentang berhenti jatuh cinta, runtuh begitu saja. Aku jatuh cinta padamu, dan memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Jika aku sedang marah padamu, elus saja puncak kepalaku, dan biarkan aku bersandar didadamu. Karena, aku bukan wanita pemarah, sayangku. Jika aku marah, itu berarti aku sedang lelah. Kau hanya perlu membuatkanku kopi lalu memijat pundakku. Nanti, jika kamu lelah, aku akan melakukan hal yang sama. Sayang… Maaf, jika kau kerap terganggu dengan ceracauanku ketika tidur. Karena mengigau memang sudah menjadi kebiasaanku sejak kecil. Maaf, jika kopimu terlalu pahit, karna aku benci manis. Maaf, jika masakanku keasinan, karena lidahku sangat menyukai rasa asin. Maaf, jika aku selalu tertidur ketika kamu ingin ditemani menonton. Maaf, jika aku terkadang mengabaikanmu ketika membaca buku. Maaf, jika kelak aku kerap memintamu membelikan makanan pada saat tengah malam, atau ketika kamu sedang tertidur nyenyak. Maaf, jika lemariku selalu berantakan. Maaf, jika aku memakai handukmu untuk membungkus rambut basahku. Jika suatu hari, kamu berfikir kalau aku tak lagi mencintaimu, silakan baca kembali tulisan ini. Ini adalah tulisan yang kubuat jauh sebelum hidup bersama kamu. Dan, aku sudah mendambakanmu selama itu. Tak mungkin, jika aku berhenti begitu saja, bukan? Ingatlah, bahwa kamu adalah lelaki yang sejak lama telah Tuhan janjikan untukku. Tertanda, Calon pasanganmu :)

Kamis, 25 Februari 2016

Teruntuk Perempuanmu

Teruntuk perempuanmu. Aku ingin mendengar banyak cerita tentangmu. Tentang apa yang kau sukai, dan apa yang kau benci. Tentang bagaimana dia menghadapimu saat kau sedih, atau saat kau marah besar. Tentang bagaimana merawatmu saat kau sakit. Semuanya. Aku ingin mendengar semuanya. Darinya. Dari perempuan yang pastinya sangat menyayangimu. Teruntuk perempuanmu. Aku juga ingin menceritakan banyak hal mengenai “kita”. Aku harap beliau bukan tipe pencemburu. Boleh, kan? Hehehe Teruntuk perempuanmu. Bolehkah aku meminta ijinnya untuk memilikimu juga? Aku akan berjanji kepadanya untuk menjaga kesehatanmu, makananmu, menuruti maumu, dan berusaha untuk selalu membahagiakanmu. Teruntuk perempuanmu. Aku hanya ingin berterima kasih kepadanya karena telah melahirkan laki-laki yang kusayangi. Kamu. Bisakah kamu menyampaikan terimakasihku ini? Berkenan kah beliau berbagi rasa sayangmu bersamaku Salam hormatku, Dariku, yang telah lancang mencintai anaknya.

Dari Ku, Wanita yang Terlalu Mengenalmu

Katakanlah, bahkan dalam diammu. Aku mengerti setiap sepi yang dibahasakan dirimu. Mataku terbiasa membaca kamu tanpa bersuara. Segala emosimu, bisa kupahami tanpa perlu aku bertanya. Sesederhana ini, kau taruh separuh dirimu dalam jiwaku. Pedulilah, bahkan dalam marahmu. Aku tahu, bentuk sayangmu bukan hanya lewat pelukan atau kata-kata menyenangkan. Bahkan dalam suara tinggimu pun, rengkuhan kasihmu masih bisa kusesap dalam. Kamu hanya tidak ingin aku kenapa-kenapa, dan ketika bahasa yang tepat tidak bisa kamu utarakan, marahmu-lah yang mewakilinya. Menangislah, bahkan dalam tawamu. Ada yang tidak bisa disembunyikan dari mata orang-orang yang begitu menyayangimu. Bagaimana garis senyummu dan mata kecewamu bisa kubaca fasih dalam sepersekian milidetik. Tak apa, pelukku masih hangat bahkan dalam kepura-puraanmu. Lalu kutunjukkan padamu, bagaimana caramu tersenyum seperti biasanya. Ingatlah, wanita sederhana ini tidak pernah lupa bagaimana senyum favoritnya terbentuk. Kepadaku, kamu tidak pandai berbohong pun berpura-pura. Karena tubuh dan hatiku tahu dengan jelas; bagaimana pria terkasihnya dia kenal.

Maaf Untuk mu Bunt

Untukmu Bunt, Maaf, aku belum bisa menjadi gadis yang cukup baik. Sampai sekarang pikiranku masih sering bertanya-tanya, apakah kamu sempat merasa bahagia jika sedang bersamaku?Apakah tidak ada beban di pikiranmu?Apakah kamu senang menghabiskan waktu denganku? Apakah tidak ada perasaan ragu dan hatimu baik-baik saja saat bersamaku? Dan banyak lagi pertanyaan tentang semua ini. Namun, aku tidak pernah tahu apa yang kamu rasakan dan bagaimana perasaanmu, karena aku juga tidak pernah bertanya. Maaf. Selama kamu bersamaku, kamu mungkin tidak sepenuhnya bahagia, tidak seratus persen bersenang-senang. Bisa saja ada perasaan ragu di hati kecilmu, atau perasaan tidak senang karena sedikit demi sedikit kamu mulai menilai tingkah lakuku yang seperti ini. Aku begitu kekanak-kanakkan, aku kadang banyak bicara, aku kadang tidak selalu paham dengan situasi dan aku kadang tidak peduli dengan penampilanku. Dan yang terlihat olehku, kamu memang seperti yang biasa saja. Namun, aku tidak pernah tahu apa isi hatimu. Maaf. Aku tidak bisa seperti gadis lain. Saat bersamaku mungkin kamu merasa bosan. Aku tidak bisa memberi banyak kejutan, banyak waktu untuk bersama, aku tidak bisa mewujudkan banyak hal yang kamu suka dan inginkan. Aku tidak bisa bersikap romantis yang berlebihan. Aku tidak bisa memberi apapun yang kamu mau. Aku tidak berwajah cantik dan menarik, aku tidak memiliki banyak hal yang bernilai tinggi. Tidak banyak yang bisa kamu banggakan dariku. Aku tidak memiliki apa-apa. Aku minta maaf, jika denganku kamu tidak pernah bahagia. Aku memang belum bisa menjadi seperti seorang gadis yang kamu inginkan. Tapi aku mencintaimu, dengan caraku sendiri. Mungkin ini caraku.

Untuk mu Bunt

Untuk Kamu, Aku tahu segala yang kau lakukan setiap hari. Aku tahu jam berapa kau terbangun, berapa gelas kopi yang kau seduh, aku hapal apa yang kau lakukan ketika Asma mu kambuh. Aku tahu kapan kau berangkat kerja, kapan kau istirahat makan siang, kapan kau akan pulang, dan kapan kau menemuiku. Aku hapal nada suaramu; marah, manja, sedih, kesal, bahagia, aku hapal bau tubuhmu yang kerap kali menyiksaku karena aku merindu, aku hapal bau parfummu yang kau pakai sehabis mandi. Aku hapal caramu menyibak rambut, aku hapal caramu berjalan, aku hapal caramu mengisap tembakau, dan aku hapal apa yang kau pesan di setiap cafe. Aku mengenal caramu berbicara, aku mengenal suaramu yang diam-diam kerap ingin ku dengar setiap waktu, aku mengenal caramu menulis pesan singkat. Aku mengenal caramu tidur, aku mengenal caramu mengambil sesuatu, aku mengenal bagaimana kau habiskan uangmu, dan aku kenal caramu memperlakukanku atas segalanya. Bunt, aku mengenalmu dari atas sampai bawah, luar dan dalam, baik pun burukmu melebihi siapapun. Aku memang pelupa, tapi semua tentangmu entah mengapa selalu jadi bagian yang paling ku ingat di dalam kepalaku. Entah mengapa, mungkin karena aku sebutuh itu terhadapmu. Tinggallah, di sisiku, biar aku jadi satu-satunya yang mengetahui semua baik-burukmu. Biar aku jadi satu-satunya yang hapal segala tingkah lakumu. Biar aku jadi satu-satunya yang mengenal luar-dalammu, sama seperti kau yang tak pernah lupa perkara tentang diriku walau aku tahu kau sebaik aku–pelupa.

Untuk Perempuan yang Hadir Tiba-Tiba

Hai, apa kabar? Oh, kita gak pernah kenal ya. Kiranya, saat aku mendengar namamu dan melihat wajahmu teringat kalimat ini. "Jarak antara kamu benci dengan kamu perhatian serta iri kepadanya cukup dekat, bahkan tak terpisahkan." Lucunya seperti ini, aku dankamu bukan dipertemukan karena sebuah ikatan pertemanan, saudara, bahkan keluarga. Kamu tak pernah tau apa-apa yang aku sukai, apa-apa yangaku benci, seluruh yang aku punya, dan semua cerita hidupku. Tapi, tanpa itu semua kamu sudah bisa membuat aku menambah list apa yang aku benci, mengambil yang aku suka, dan mengalihkan seluruh cerita hidupku. Hebat! Jangan tanya aku padamu seperti apa, benci? Gak. Iri? Mungkin. Suka? Sama sekali gak! Aku gak bisa menggambarkan bagaimana aku ke kamu, rasaku ke kamu, entah mungkin ini terlalu komplit dan rumit. Pada intinya, aku memang tidak menyukaimu dan tidak benar-benar benci padamu. Boleh aku beri sedikit kejelasan, mengapa aku bisa seperti ini? Aku masih seperti manusia biasa yang punya rasa marah, benci, terlebih karena dibohongi. Bukannya mau mengungkitnya, dulu kamu bilang tidak akan menyukainya tapi pada akhirnya kamu bohong kan? Bukan hanya aku yang kamu bohongi,tapi dirimu sendiri yang kamu bohongi. Kenapa harus bilang ke aku kamu akan berhenti menyukai dia toh pada akhirnya kamu gak pernah benar-benar stop rasamu. Dan dari awal kemunculanmu, kamu memang benar-benar tak pernah aku harapkan. Memang semua sudah berakhir antara aku dan dia, tapi aku masih manusia paling egois di muka bumi ini. Ya, cerita kami memang sudah berakhir tapi sebenarnya ini belum benar-benar berakhir. Masih ada yang memang harus terselesaikan, tapi kamu? Datang dengan kebohongan dan memutuskannya. "Pada akhirnya, akudan kamu sebenarnya ada di posisi yang sama. Sama-sama wanita, tapi bagaimana jika kamu ada di posisiku sekarang?“ Jahat ya aku? Memang. Setidaknya aku bisa mengeluarkan ini semua, secara langsung harusnya. Tapi masalahku bukan cuma tentang kamu dan dia, aku masih banyak masalah yang harus aku selesaikan. Dunia ini pun masih tetap hidup meskipun, entahlah aku ingin berdamai dengan diriku sendiri. Toh semuanya memang sudah terjadi, selebihnya tinggal jalani saja. Aku ingin menawarkan perdamaian ini, bukan untuk apa tapi memang murni untuk diriku sendiri. Aku tau, hati kita ada yang ngatur. Kita tidak pernah tahu kapan rasa itu dibolak-balikkan. Sedikit banyak aku sadar kenapa kamu berbohong, karena aku mengambil kesimpulan saat itu memang ingin stop dan itu semua tidak terdukung dengan hati. Hati kita tidak pernah ada yang bisa mengaturnya, kecuali yang Maha Membolak-balikkannya sendiri. Tak ada satuan waktu yang tepat untuk tiap-tiap dari kita, semua memang sudah pas. Mungkin bagiku kamu datang terlalu cepat di antara kami, tapi untukmu atau mungkin untuknya kamu datang di waktu yang tepat. Aku baru sadar akan hal itu, terimakasih untuk mengingatkannya. Maaf untuk semua yang jelek di aku untukmu selama ini. Pada akhirnya, aku sadar kalau aku salah dan tidak boleh untuk meminta karma datang padamu. Memang belum di tahap ikhlas, tapi aku selalu berusaha untuk menyisipkan kamu dan dia di dalam doa-doaku. Semoga kamu berbahagia dengan dia, dan aku juga pasti akan bahagia dengan yang terbaik untukku. Terimakasih. “Aku ingin menitipkannya padamu, jaga dengan baik sebisamu, jadilah apa-apa yang dia inginkan, lakukan semua yang belum atau yang tak pernah bisa aku lakukan untuknya dulu, dan jadilah yang terbaik untuk dia." Untukmu yang sekarang berada di pelukannya, aku ingin menitipkan sesuatu. Aku sudah bukan lagi siapa-siapa, posisiku dulu sudah tergantikan olehmu. Terimakasih karena kamu telah mau menggantikannya, menemaninya, dan menyenangkan hari-harinya. Dia pekerja keras, selalu ingatkan untuk tidak lupa beristirahat dari rutinitasnya. Dia tidak suka dengan makanan keasinan, tomat dan sayur hindarkan dia dari makanan yang mengandung itu, kamu hanya cukup memasakkannya soto dan nasi goreng kesukaannya tapi aku rasa apapun yang kamu masak dengan cinta dia akan menghabiskannya. Dia orang yang sangat baik bahkan dengan siapapun kalau dia bisa menolong pasti akan ditolong, jadi jangan pernah cemburu jika perlakuannya untuk teman-teman wanitanya. Dia orang yang sangat setia kok, komitmennya sangat bagus, jadi kamu tenang saja dia tidak akan selingkuh kecuali memang wanitanya yang sangat berusaha keras sepertimu dulu. Dia orang yang gak akan pernah marah, sekalinya marah akan sangat menyeramkan jadi usahakan jangan membuatnya marah. Dia orang yang sabar sekali, semoga kamu bisa sesabar dia. ”Jika memang kebahagiaanmu sekarang adalah dia, berbahagialah kamu dengannya. Aku memang akan terus melangkah tapi tidak akan datang pada kalian berdua, karena aku akan menemukan jalanku untuk lebih bahagia."

Untuk Seseorang yang Sok Kuat

Kadang setelah beberapa langkah menjauh, kita menoleh ke belakang hanya untuk memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal. Lalu terdiam penuh tanya, dan mencoba mencari tahu apakah yang mengganjal di dada adalah benar suatu firasat, atau sekadar rasa penasaran. Kemudian kita memutuskan untuk terus berjalan karena tidak sanggup memilih untuk tetap tinggal meski tahu bahwa itu yang kita inginkan. Setelah lelah menunggu dalam ragu, akhirnya segala janji hanya berujung kepada harap, ambisi lenyap menyisakan pasrah, dan tawa menjadi senyum. Senyum bahagia, atau pura-pura bahagia.

Selasa, 23 Februari 2016

Untuk yang Kembali Lalu pergi

Teruntuk sosok yang ada di sudut kota. Aku tahu caranya merasakan, aku tahu caranya berterimakasih, dan itu awal aku tahu caranya bersyukur atas kedatangan. Sampai pada satu titik saat aku tahu ketidakmungkinan ternyata bisa terjadi. Iya, aku kehilangan. Dan aku tahu caranya belajar dewasa melalui kehilangan. Bukan, ini bukan salahmu. Ini salahku. Mungkin aku yang kurang lembut dalam bertutur kata, kurang anggun dalam bersikap, kurang dewasa dalam berfikir.Iya, tetap ini salahku, bukan salahmu. Aku tak akan menyalahkanmu. Bukan karena aku menyukaimu, bukan karena aku mendewakanmu, tapi karena sedariawal akulah yang terlanjur salah memaknai semua. Lalu..... Kamu pergi.... Tak apa sendiri, aku jadi belajar tentang kemandirian tanpa bergantung pada siapapun. Iya, aku tahu aku kuat.Cukup lama ko' kita ada di lajur terpisah, sampai suatu hari, sosok itu datang lagi dan aku tahu aku akan luluh. Iya, aku senang. Mungkin aku rumah bagi dia. Iya, aku awalnya adalah rumah. Sampai pada akhirnya aku tahu kalau sosok itu datang hanya untuk pergi, karena mungkin kemarin ada yang tertinggal, ucapan selamat tinggal (mungkin) yang belum sempat dia ucapkan. Entah... Siapa bilang aku tidak menangis?! Bohong. Aku menangis bahkan sampai sembab, berlebihan sebenarnya, tapi... aku memang selalu takut dengan perpisahan apalagi dengan cara yang tidak asik seperti itu. Bukan karena aku tidak bisa sendirian, tapi memang aku tidak mau kehilangan. Egois? Iya! Sekali lagi, dia datang dengan semua beban dan aku tahu aku adalah pundak terbaik untuk dia mengeluh, dan dia kembali tersenyum, aku senang. Ini bukan malapetaka, ini garis tangan! Semua berjalan baik-baik, kali ini tanpa masalah, tanpa adu pendapat, dan tanpa intonasi suara yang tinggi. Tapi sayang, kali ini tentang kepercayaan. Iya, dia berbohong. Bukanmasalah besar, lagipula aku bukan bagian dari kisahnya. Dia menemukan dia! Iya, dia sudah menemukan sosok baru untuk tempatnya berbagi, aku tahu dengan cara yang lancang dan mungkin aku akan minta maaf suatu hari nanti. Sekali ini, biarkan aku yang pergi, pergi seperti apa yang pernah kamu lakukan. Pergi tanpa tahu bagaimana perasaan mereka yang akan kutinggalkan. Dan kubiarkan senja meninggalkanmu seiring langkah kakiku. Maaf, ini bukan perkara marah atau benci. Tapi ini tentang lelah dan jenuh. Aku tak mungkin terus-terusan ada di cerita yang sama, sementara peranku telah dimatikan. Aku mundur dari permainan. Dan sekali ini, aku selalu percaya dengan senja yang penuh cerita. Sekali ini, Senja, Aku Pergi..

Untuk Semua Perempuan

Terkadang aku ingin merayu kejujuran lahir dari bibirmu, membujuk keras kepalamu yang kerap mendustakan luka dengan dalih “aku tidak apa-apa”. Kau setia menyulam senyuman demi menutupi lebarnya jahitan akibat belati yang menghujam dada mu sebelah kiri. Kau kerap membahasakan luka dalam tangis yang kau simpan rapat sendiri, tangis yang hanya kau perlihatkan pada Tuhan yang kau imani. Kau pernah hampir mati, akibat cinta yang terlanjur kau jatuhkan pada pria yang banyak memberi harapan. Kau sadar sejak awal bila ia tak bisa kau ikat dalam sebuah hubungan, namun kau tetap bertahan berjuang sendirian. Ketika berjuang sudah amat melelahkan maka menyerah telah kau jadikan pilihan. Namun ia kembali datang memberi harapan dan pergi tanpa memperbaiki hatimu yang telah ia hancurkan. Sudahlah sayang, kau pantas dibahagiakan tapi bukan dengan dia yang datang dan pergi seenak hati. Sesekali coba kunjungi pemakaman mu sendiri, mungkin kau akan bertemu sebuah nisan bernama pengacuhan. Barangkali kau ingat siapa yang kau makamkan di sana. Barangkali itu seseorang yang dengan bodohnya kau acuhkan, seseorang yang mencintaimu tanpa persyaratan. Orang yang kau kesampingkan demi sebuah kata “berjuang”. Kau cantik, kau berharga, kau pantas bahagia. Berdirilah perempuan kesayangan, kau pantas dipeluk, bukan berlutut meminta ia membalas cintamu. Bangkit sayang, ada hati yang siap memeluk cemasmu. Kapanpun. Tertanda Seorang perempuan.

Kepada Perempuan yang kusebut Aku

Halo, Sudah tiba musim penghujan. Musim yang selalu kau sukai, musim yang selalu kau nantikan kehadirannya. Karena kau dapat menari di bawah guyuran air hujan yang membawa nuansa sendu. Aku heran, mengapa kau sangat suka dengan hujan? Padahal hujan selalu membawa ingatan tentang kenangan lamamu. Tak jarang, kau menangis di bawah hujan. Menyamarkan air matamu dengan tetesan kerinduan itu. Seringkali kau jatuh tersungkur. Kau terluka, lemah dan tak berdaya. Lalu air matamu kembali mengalir, seperti kemarin. Kau menatapku, seolah ingin mengulurkan tangan meminta pertolonganku. Tak perlu, sayang, kau tak perlu meminta. Aku kan selalu ada di sini menjagamu, memapahmu ketika kau terjatuh. Tapi kau tetaplah kau, kepala batu. Berulang kali kuingatkan, kau tetap saja terjatuh di lubang yang sama. Jangan ulangi. Jaga perasaanmu, sayang. Karena orang lain tak kan pernah berkewajiban untuk menjaga perasaanmu. Tegarlah, Bet. Sesakit apapun itu, tetaplah terlihat tegar bagai karang di lautan sana. Berbahagialah, sayang. Karena bahagiamu adalah bahagiaku. Karena kau adalah aku.

Untuk Perempuan Berkepala Batu

Dear Perempuan di muka cermin,Berhentilah menjadi perempuan yang berkepala batu. Berhentilah menjadi perempuan yang susah diajak bicara. Kemarilah, ceritakan apa-apa yang ada di kepalamu. Jangan merasa kau tahu segalanya. Jangan merasa kau memahami segala situasi. Jangan jadi egois.Sesekali, pasrahkan segala riuh di kepalamu. Tak apa. Apa harus ditampardulu baru kau mau sadar? Bukan, bukan tamparan fisik yang kumaksud. Kenyataan yang memang harus kau ketahui sejak dulu akhirnya kau terima baru-baru ini. Bukankah itu tamparan keras untukmu? Setelah itu baru kau sadar kalau keyakinanmu salah. Padahal, sudah berapa kali orang-orang sekitarmu menasehati. Sudah banyak yang mengajakmu berbicara. Tapi, kau tak pernah menghiraukan. Kau seakan menutup telinga. Lantas, bagaimana rasanya sekarang? Ah, aku tak akan membahasnya. Sebab, kau pasti sudah tak ingin mengingat rasanya.Tapi, bagaimanapun kamu, aku tetap bangga padamu. Kau belajar sesuatu dari apa-apa yang kau lewati walau dengan susah payah. Kau juga tetap kuat di hadapan yang lain. Kau selalu percaya akan ada kebahagiaan setelahnya. Untuk itu, terimakasih untuk ketegaran yang sudah-sudah. Tetap belajar dan kuat. Salam sayang dariku. Tertanda, (Bayangan) dirimu sendiri.

Rabu, 03 Februari 2016

Pertemuan-Saat ini Bunt

Tanpa sengaja kita dipertemukan. Sepertinya kita hanya saling tahu satu sama lain. Bercakap-cakap pun bisa kuhitung dengan jari. Herannya, entah kenapa pada saat itu kau terlihat lebih menarik dari kali pertama aku melihatmu. Kita akhirnya bertukar cerita. Menertawakan tingkah konyolmu. Membuka lagi memori dimana pertama kali kita bertemu. Duh, aku sudah lupa apa saja yang kita bicarakan hari itu. Tak kusangkal, denganmu aku lupa waktu. Pada akhirnya kita berdua menemukan suatu kesamaan. Sama-sama penikmat dan pencinta seni. Apa saja. Kamu suka fotografi. Aku suka menulis. Kamu suka bermusik, aku suka bernyanyi. Tanpa disadari, kemudian kita menjadi dekat. Seperti sekarang. Banyak yang tidak memahami kita sebenarnya. Dunia kita berbeda. Tapi siapa peduli? Yang penting kita paham dengan apa yang kita jalani. Kadang-kadang aku hanya bisa menjawab pertanyaan maupun pernyataan mereka dengan senyuman. Pernah pertanyaan lucu terlontar dari sahabat karibku, “Kok namanya tetap gitu, sih? Kenapa nggak diganti sayang atau ayang atau apa gitu?” Lalu ada lagi yang menanyakan benarkah aku jarang sekali jalan keluar berdua denganmu, pergi ke bioskop, jalan-jalan ke mall, atau makan malam di malam minggu. Aku menggeleng saja, sambil tetap tersenyum. Aku tak perlu mengganti namamu dengan sebutan apapun di ponselku. Karena aku tak butuh hal semacam itu untuk mengingat bahwa kamu adalah salah satu orang tercintaku. Aku ingin menjadi orang yang memilikimu dengan sama, dengan nama yang sama. Dan bahwa rangkaian huruf juga tidak berpengaruh besar dengan keadaan hati. Jadi kukira itu sama sekali tidak penting. Aku juga tidak perlu memintamu menjemputku ketika aku ingin bertemu denganmu. Aku bisa ke mana-mana sendiri. Aku bukanlah putri raja, yang manja nan penyuruh. Aku tidak mau merepotkan siapapun, terlebih itu kamu, yang memang belum punya ikatan tanggung jawab apapun denganku. Aku tidak perlu memiliki waktu spesial untuk berdua saja denganmu. Karena semua waktuku itu istimewa, terlebih jika kulewatkan bersamamu. Aku tidak perlu jalan-jalan berdua bersamamu ke mana-mana hanya untuk menunjukkan kamu adalah milikku. Aku tidak perlu makan malam romantis denganmu hanya untuk mengetahui bahwa kamu mencintai aku. Karena aku tahu, kamu mencintaiku dengan sederhana, akupun begitu. Aku menikmati setiap waktu yang terlewat. Setiap rindu yang tertahan di hati. Setiap cinta yang meletup-letup kecil setiap hari. Aku menikmati setiap pembicaraan, setiap cerita, setiap hal kecil yang kamu bagikan. Aku menikmati mencintai dan dicintai olehmu Bunt

Senin, 01 Februari 2016

Konflik Batin

Kau adalah sahabat terbaik bagi dirimu. Ketika tak ada yang mau memberimu peluk, jangan lupa kalau kau selalu bisa menggerakkan tangan dan memberikan pelukan untuk dirimu sendiri. Jangan benci dirimu untuk apa yang tak bisa kau kendalikan. Jangan benci dunia karena tak selalu berjalan seperti yang kau inginkan. Semua yang menyakiti biarlah hilang bersama suara detik-detik jarum jam. Kau akan baik-baik saja, jika mulai belajar untuk berterima kasih atas apa yang diberikan Tuhan