Selasa, 23 Februari 2016

Untuk Semua Perempuan

Terkadang aku ingin merayu kejujuran lahir dari bibirmu, membujuk keras kepalamu yang kerap mendustakan luka dengan dalih “aku tidak apa-apa”. Kau setia menyulam senyuman demi menutupi lebarnya jahitan akibat belati yang menghujam dada mu sebelah kiri. Kau kerap membahasakan luka dalam tangis yang kau simpan rapat sendiri, tangis yang hanya kau perlihatkan pada Tuhan yang kau imani. Kau pernah hampir mati, akibat cinta yang terlanjur kau jatuhkan pada pria yang banyak memberi harapan. Kau sadar sejak awal bila ia tak bisa kau ikat dalam sebuah hubungan, namun kau tetap bertahan berjuang sendirian. Ketika berjuang sudah amat melelahkan maka menyerah telah kau jadikan pilihan. Namun ia kembali datang memberi harapan dan pergi tanpa memperbaiki hatimu yang telah ia hancurkan. Sudahlah sayang, kau pantas dibahagiakan tapi bukan dengan dia yang datang dan pergi seenak hati. Sesekali coba kunjungi pemakaman mu sendiri, mungkin kau akan bertemu sebuah nisan bernama pengacuhan. Barangkali kau ingat siapa yang kau makamkan di sana. Barangkali itu seseorang yang dengan bodohnya kau acuhkan, seseorang yang mencintaimu tanpa persyaratan. Orang yang kau kesampingkan demi sebuah kata “berjuang”. Kau cantik, kau berharga, kau pantas bahagia. Berdirilah perempuan kesayangan, kau pantas dipeluk, bukan berlutut meminta ia membalas cintamu. Bangkit sayang, ada hati yang siap memeluk cemasmu. Kapanpun. Tertanda Seorang perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar