Kamis, 28 April 2016

Kehilangan Arah Bunt

Orang selalu bilang untuk tetawa dengan wajahmu,dan menangislah dengan hatimu. Selamat malam Bunt, Maaf jika mengganggumu tengah malam begini, aku hanya sedikit merindukanmu lebih. Bunt aku sudah tak pernah berharap apapun lagi padamu, bahkan aku telah berkali kali meneriaki diri untuk berhenti melakukannya, tapi bunt, itu hanya semakin menyiksa. Bunt, aku mulai membayangkan bagaimana jika suatu hari akan tiba ketika kau memintaku untuk meninggalkan semuanya. Apa yang harus aku lakukan? Dan ketika mereka mulai membicarakan tentang perempuan lain untukmu, apa yang akan terjadi padaku setelah itu? Akankah aku lebih menyedihkan dari pada ini? Bunt, aku tidak akan membencimu jika aku harus kehilanganmu kali ini. Aku bahkan pernah kehilanganmu sebelumnya, tapi kehilanganmu tidak pernah menjadi hal yang mudah bagiku, aku tetap menjadi perempuan cengeng yang merengek untuksetiap kebahagiaanmu. Apalagi yang bisa aku lakukan? Bunt, setiap kali aku memikirkan tentang kebahagiaanmu, aku mulai berpikir, mungkinkah kau akan lebih bahagia tanpa aku yang mengkhawatirkanmu? Bunt... Bunt.. bisakah kau memelukku sekarang? Aku mulai kehilangan arah.

Diamku Bunt

Buntku, ada banyak hal mungkin akan kau lihat aku bertingkah seperti anak kecil, dari hal yang sederhana sampai hal yang rumit. Pada banyak hal lainnya akan kau dapati aku tersenyum malu berharap kau mengetahui apa yang aku mau tanpa memberi tahu, namun "Aku bukan peramal" katamu. Pada sebagian hal kecil aku sangat mungkin akan terdiam, menahan suaraku. Mungkin kau akan bertanya mengapa, mungkin aku masih saja dengan misteri dan meninggalkan tanda tanya dalam hatimu. Buntku, Sungguh ada diam yang perlu kau dengarkan, ada keluh yang perlu kau lihat dengan perasaan, ada kecewa yang perlu kau rasa dengan sentuhan, ada jiwa yang perlu kau bagi dengan semua perhatian. Terkadang diamku adalah rasa yang amat dalam, yang tak dapat aku kendalikan. Jika kau masih tidak tahu apa yang harus kau lakukan, peluk saja aku seerat yang engkau mau sampai mereda rasa itu, sampai diamku menghilang.

Tak Pernah

Kemarilah, yang aku inginkan hanyalah duduk berdua denganmu. Berlama-lama meneguk kopi panas dengan satu lagu yang kita berputar berkali-kali. Kali ini, kupilihkan lagu stay kepunyaan Rihana. Sayang, ku mohon dengarkan ceritaku sekali ini... Aku tak pernah ingin membuatmu marah. Aku pernah begitu takut mendengar nada tinggi suaramu diseberang sana. Saat itu juga, aku berujar pada hatiku sendiri bahwa aku tak boleh membuatmu marah kembali. Aku tak ingin mendengar suaramu meninggi yang mengisyaratkan seolah aku tak pantas bicara padamu seterusnya. Aku kehilangan dirimu yang mencintaiku saat itu. Aku tak pernah ingin membuatmu marah. Membiarkanmu berlama-lama dalam kegusaran akibat prasangka yang datang silih berganti. Membakar segenap perasaan cinta yang selama ini terjaga. Mengasingkan keberadaanku seperti seseorang yang tak pernah kau kenal. Aku kehilangan kau yang menyayangiku saat itu. Aku tak pernah ingin membuatmu marah. Tapi sayang, aku tak selalu bisa menahan kekeliruan dan kesalahan. Menuruti ego dan melakukan tindakan bodoh yang akhirnya membuatmu jenuh dan muak. Menjadi seseorang yang paling menjengkelkan yang membuatmu gerah. Hingga pada akhirnya, masa itu datang lagi. Suatu fase ketika akhirnya kau memutuskan untuk benar-benar marah. Aku kehilangan aku yang sudah berjanji saat itu. Aku tak pernah ingin membuatmu marah. Mengangankan kau untuk tetap mesra dan baik-baik saja. Namun siapa sangka, aku yang pernah berjanji ini nyatanya tak selalu mampu memenuhi ucapannya. Maka pada saat kamu marah—sebenarnya— tiada yang paling menyesal selain diriku sendiri. Sebab aku telah gagal berupaya untuk bisa menjadi seorang yang selalu menyenangkan dan menenangkanmu. Rihana telah puluhan kali menyanyikan lagunya. Sekarang kopimu dingin, ternyata aku bercerita sendirian. Dan kau memang tidak pernah benar-benar datang. Tapi, percayalah. Pada setiap kekurangan dan keterbatasanku. Aku tak pernah ingin membuatmu marah. Tak pernah.

Sabtu, 23 April 2016

Aku Akan

Aku akan duduk melihatmu dari jauh sambil mendoakanmu selama aku tidak bisa melakukan apapun saat ini, bahkan untuk sekedar bertanya,bagaimana keadaanmu? Apa kamu baik-baik saja?Sekalipun kesempatan itu ada aku merasa tidak semua kesempatan mesti di ambil. Aku akan duduk memperhatikanmu dari jauh sambil mendoakanmu, sekalipun tangan dan kaki ini begitu ingin bergerak menolongmu ketika kamu tersandung dan jatuh. Aku tau kamu bisa berdiri sendiri meski harus duduk sebentar untuk merasakan rasa sakit itu. Aku akan berdiri dan memandangmu dari jauh sambil mendoakanmu, aku akan memastikanmu baik-baik saja. Setidaknya aku tau apa kamu bahagia atau bersedih hari ini, sebab aku tidak bisa berada didekatmu saat ini, maka tak heran jika aku melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, namun bahkan ketika aku bersembunyi-sembunyi seperti ini pun aku masih merasa takut. Lalu aku menanyakan pada diri sendiri,mengapa aku takut melangkah lebih jauh? aku tau aku menginginkan berada disana, berada didekatmu saat suka dan duka. Orang yang akan menologmu pertama kali saat jatuh, menjadi orang pertama yang akan menemuimu dipagi hari untuk menanyakanmu, apa kabar tidur malam tadi? nyenyakkah? Menjadi penyanggah goyahmu agar tidak gontai saat tenagamu berpusat meraih masa depan, menjadi orang yang selalu berada didekatmu, dan menggandeng tanganmu saat kemana-mana. Membuatkanmu sarapan pagi atau secangkir kopi dimalam hari. Aku menginginkanya.

Bunt :)

Kalau saja kau tahu, bahwa aku tidak pernah mengharapkanmu mampu menyayangiku sebesar rasa sayangku padamu, terkadang aku hanya ingin kau membuatku memahami bahwa seberapa besarpun itu kau tetap menyayangiku dan akan selalu menyelamatkanku dari kehilangan. Kalau saja kau tahu, bahwa aku tidak pernah mengharapkamu mampu mengerti keseluruhanku, terkadang aku hanya ingin diam dan berdua saja denganmu. Diam yang bukan berarti kau tidak peduli, tapi kau mencoba membuatku memahami bahwa aku mungkin akan kehilangan beberapa hal dalam hidup ini, namun tidak dirimu. Karena segalanya akan baik baik saja, selama kita bersama. Begitu katamu.

Jumat, 22 April 2016

Random

".. ketika bunga tak bermekar lagi dan dunia tak mungkin berputar lagi saat cinta tak membakar hati ini kau kan tau betapa aku mencintaimu .." Aku meletakkan handphone dan membalikkan badan menatap langit langit kamarku. Ada sedikit rasa menyesal setelah kembali mencari tahu tentangmu hari ini. Ya, ternyata kamu masih berhubungan dengannya, perempuan yang kamu kencani beberapa tahun lalu. Aku menarik nafas panjang lalu berjalan ke arah dapur. Kopi hangat. Aku membutuhkannya. Hanya itu yang aku pikirkan setiap kali nafasku terasa berat. Aku meneguk segelas Kopi hangat dalam genggamanku sambil memikirkan percakapanmu ditimeline BM yang baru saja aku lihat. Ha! Menyesakkan sekali. Pikiranku membumbung tinggi mengingat apa yang telah terjadi pada kita selama ini. Dua tahun yang lalu, lapangan golf, ayunan dan keputusanku untuk mempertahankanmu

Jangan Percaya Padaku

Pada beberapa hal yang ku katakan, kau tidak boleh begitu mudah menaruh kepercayaan. Jangan percaya padaku saat kukatakan aku baik-baik saja namun mataku berkata sebaliknya. Tanya padaku lebih dari sekali sampai aku bosan berbohong padamu lagi. Atau barangkali, sampai aku menangis dan tidak membohongi diri. Jangan percaya padaku saat aku diam seribu bahasa, ketika kau bertanya apakah aku baik-baik saja. Tunggulah beberapa saat, sampai kepalaku telah hilang penat. Saat itu, yang terbaik yang bisa kau lakukan adalah memelukku dengan kuat. Jangan percaya padaku saat aku berlaku biasa saja ketika kau berbuat sesuatu yang menyakiti hatiku. Karena barangkali, aku hanya ingin menyenangkan diri sendiri danmenenangkanmu. Kau tahu, pertengkaran tidak akan membawa kita kemana-mana selain masa lalu. Jangan percaya padaku. Jangan begitu mudah menyerah dan percaya padaku. Karena bila kau sudah cukup mengenalku, kau tahu aku tidak sejujur itu. Dan padamu, aku masih menaruh harap bahwa kau akan belajar lebih baik untuk segera bertindak. Karena bagi perempuan, diam adalah cara terbaik untuk belajar kesabaran, berbohong adalah cara untuk memberi jeda pada keresahan, dan pertengkaran adalah jalan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan.

Untuk Perempuan Dalam Cermin

Ini tengah malam. Aku melihatmu menatapku dalam setelah sekian lama kau bahkan tak pernah menghampiriku diwaktu seperti ini. Tapi kali ini kau datang lagi, tentu saja dengan segala kerumitan yang jelas terlihat dari tatapanmu. Kau menggenggam gelas. Sudah berapa butir obat sakit kepala yang kau teguk malam ini? Sudah kukatakan pil itu takkan menyelesaikan masalahmu meski kau mengkonsumsinya setiap malam. Salurkan pikiranmu. Temukan seseorang yang kau percayai. Jangan egois. Jangan menelannya sendiri. Tumpahkan semuanya. Jangan kau biarkan membusuk merusak akar pikiranmu. Aku marah. Aku tak pernah marah sebelumnya bukan? Tapi kali ini aku sangatmarah. Apa kau gila menyimpan beberapa masalah diwaktu yg sama? Sadarlah! Kapasitas sabarmu tidak sebanyak yang kau kira. Kau bisa gila.Sudahlah, berhenti meremas rambutmu. Aku benci melihatnya. Jangan menatapku seperti itu. Matamu... aaah! Apa yang kau pikirkan sekarang? Menghindar? Cuma itu keahlianmu? Berhentilah menjadi pembungkam. Ini sudah melebihi kemampuanmu untuk menyelesaikannya. Dimana mereka? Atau mereka yang menyebabkanmu seperti ini? Lagi? Oh Tuhan! Tidak bisakah sekali saja, sekali saja dalam hidupmu menceritakan semua, semuanya hanya pada satu orang, kumohon satu orang saja, semua permasalahanmu, apapun itu yang bisa meringankanmu? Hidupmu bukan hanya milikmu. Ku ulangi, hidupmu bukan hanya milikmu. Sekali lagi, hidupmu bukan hanya milikmu. Ada banyak orang disana. Banyak. Berhenti bertanya, "Where did life I live?." Inilah hidupmu. Kau hanya menelan banyak hal.Ya. Iya aku tau. Kau hanya tak berniat mengeluhkan hidupmu. Atau apalagi, menceritakan pada orang lain tak juga tak menyelesaikan masalahmu? HEI! Apa aku minta padamu agar mereka menyelesaikan masalahmu? Kau hanya cukup membaginya, agar tidak membusuk, diwaktu seperti ini. Apa? Kau tanyakan padaku apa yang harus kau lakukan? Apalagi sekarang? Telan saja semuanya. Bawa hidupmu pergi. Tinggalkan mereka yang membuatmu dalam masalah. Hidup dengan cara yang baru. Kau ingin aku berkata demikian bukan? Buka pikiranmu! Ohhh kau membela diri? Kau bilang selama ini kau terus berpikir hingga sakit kepala? Apa yang kau pikirkan? Masalahnya? Atau kau hanya memikirkan pertanyaan yang bahkan kau sendiri tak mampu menemukan jawabannya. Maaf. Amarahku tak mampu ku atasi. Lebih baik kau tinggalkan aku. Selesaikan sendiri. Tidak. Maksudku datang kembali nanti. Iya nanti. Bukan diwaktu seperti ini, dengan kondisimu yang begini.

JA-RAK

Bagaimana mencintaimu pun bisa mematahkan diriku sendiri. Maka jangan biarkan aku memilih jadi patah. Seharusnya cintamu ada untuk memastikan aku baik-baik saja. Ada yang bilang jarak akan membuat kamu tersadar seberapa pentingnya seseorang yang selama ini tidak kamu pertimbangkan keberadaanya didalam hidupmu. Ada yang bilang jarak akan membuatmu tahu seberapa besar kadar cintamu pada seseorang yang selama ini selalu ada untukmu. Ada pula yang bilang jarak akan membuatmu mengerti bagaimana rasa sakitnya merindui. Saya sendiri memahami soal bagaimana jarak terjadi, terkadang hal tesebut memberi saya ruang untuk mengelupas isi perasaan saya sendiri. Jarak pun terkadang memberi saya kesempatan untuk mencari kebahagiaan lain yang mungkin akan saya dapatkan daripada keras kepala bertahan; disisi seseorang yang sama sekali tidak mengerti seberapa berartinya dia untuk saya selama ini. Jarak pun kerap membuat saya dibenci oleh mereka yang saya sayangi hanya karena mereka tak mampu memahami bahwa merekalah yang selama ini lebih dulu menggaris jarak diantara kami. Siapapun tidak mungkin berjarak tanpa alasan, walau beribu alasan itu tidak semua orang sanggup mengungkapkannya. Selalu ada alasan kenapa seseorang mengambil langkah mundur atau justru berlari menjauhi, selalu ada yang terluka, dan selalu ada yang bertanya-tanya. Dan karena jarak, merindukanmu adalah bagian terberat dalam 24jam ku. Terima kasih sudah tidak peduli.

Wanita itu Aku

Untuk memahami seseorang, ada sesuatu yang kamu tidak akan pernah mengerti. Setiap kali orang berpikir kalau kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa mereka raih setiap saat, wanita itu selalu bertanya-tanya apa mereka sungguh bahagia saat itu? Wanita itu akan selalu gugup setiap kali merasa terlalu bahagia, karena baginya kebahagiaan layaknya balon tiup yang biasa dimainkan saat masih kecil. Dia akan merasa bahagia ketika seseorang memberikan sebuah balon padanya, namun di saat dia menyentuh balon yang cerah seperti pelangi di sekelilingnya, balon itu meletus, dan diapun menangis. Bahagia hanya sesingkat itu, baginya. Di hadapan kebahagiaan, sering kali wanita itu menyerah sebelum dia berusaha meraihnya. Begitu pula dengan cinta, baginya cinta adalah sebuah rahasia yang tidak boleh diketahui orang, bahkan tidak untuk dirinya sendiri. Wanita itu hanya tengah menghukum dirinya sendiri. Wanita itu, Aku.

Minggu, 17 April 2016

Untuk Perempuan Yang tak ingin ku benci

Aku tak ingin memulai surat ini dengan segudang basa-basi. Karena sungguh, aku pun tak perlu pujian darimu bahwa aku adalah seorang peri baik hati yang layak bersama dengan lelaki yang kamu cintai. Tidak terimakasih. Cukup kamu lihat aku sebagai perempuan yang memiliki hati selayaknya yang kamu punyai. Cukup kamu menilaiku sebagai perempuan yang bisa berpikiran buruk terhadap sesamanya sesekali. Cukup kamu menganggapku perempuan yang bisa kamu lukai lewat kebahagiaan yang kamu curi diam-diam dari kekasihku. Saking diam-diamnya, sampai ia sendiri pun tak menyadarinya, bahwa kamu tertawa dan aku terluka. Cukupkah itu semua untuk tidak membuatmu terlalu membanggakan detik dan menit yang kau habiskan dengan menatapnya puas-puas. Cukupkah itu membuatmu berhenti untuk menjunjung tinggi waktu dimana kamu mengabadikan setiap kebaikan dan senyumnya? Cukupkah itu membuatmu paham bahwa setiap hal kecil yang kamu nikmati membuatku merasa dikhianati? karena sebenarnya aku tak ingin membenci. Terlebih terhadap orang yang bahkan belum pernah ku temui. Aku tak ingin menghakimi, terlebih mengenai hal-hal yang belum terjadi. Tapi, bisakah kamu sedikit menahan diri? Agar kebencian itu bisa aku hindari. Bisakah kamu sedikit menghargai? Bahwa lelaki yang kamu gilai itu sudah termiliki.Ya. Kami memang berjarak. Tapi itu bukan pembenaran bagimu untuk mencari celah lalu membuatnya retak.Ya. Kami memang disekat keadaan. Tapi itu pun bukan alasan bagimu untuk mengambil kesempatan.Ya. Barangkali aku tak sebaik dirimu. Tapi tak berarti bahwa kamu berhak mendekatinya dan menjauhkanku.

Hidup itu Pilihan

Karena hidup itu pilihan, maka pada akhirnya kita harus mengambil keputusan. Hanya saja, kadang tidak gampang untuk memutuskan sesuatu. Bahkan sesaat setelah keputusan dan pilihan diambil, sering muncul hal-hal yang membuat ragu. Sering muncul pertanyaan apakah yang kita tinggalkan akan worth it dengan apa yang diperjuangkan. Gak gampang untuk mengakhiri sesuatu, apalagi ketika semuanya masih sangat baik-baik saja. But eventually everything will come to an end, and sometimes we have to choose one thing over another to start something new. Butuh kekuatan yang luar biasa untuk memutuskan berhenti. Perlu keberanian yang besar untuk meninggalkan yang menyamankan.Lalu perlu keihlasan jika yang didapatkan kemudian tidak sebanding dengan yang ditinggalkan. Tapi pada akhirnya, kita akan tahu mana yang memang harus ditinggalkan dan mana yang harus dipertahankan. Untuk meninggalkan itu, lagi-lagi ada dua pilihan: meninggalkan saat baik-baik saja dengan cara yang baik lengkap dengan ucapan selamat tinggal yang layak, atau menunggu hingga semuanya benar-benar berantakan kemudian berpisah begitu saja, barangkali tanpa pamit, tanpa lambaian tangan dan tanpa senyum.Tapi bagaimanapun caranya, selalu ada yang terluka di setiap perpisahan.