Sabtu, 15 Agustus 2015

Surat untuk Orang Ketiga

Halo.. Hmm, ternyata menulis surat untukmu memang terasa canggung. Aku tidak pernah menyangka akan menulis apapun untuk ditujukan kepadamu. Sebelum ini, kamu hanyalah mantan pacar kekasihku yang keberadaannya mengganggu, bahkan terasa mengancamku. Aku bahkan tidak bisa mereka-reka perasaanku sendiri. Apakah aku ikut berbahagia karena kalian kembali bersama? Apakah aku marah, merasa pacarku telah kaurebut? Apakah aku menyesal selama ini telah membiarkan kalian “tetap bersahabat”? Apakah aku mengutuk diriku sendiri karena telah memasuki dunia kalian? Aku percaya ketika kamu menjelaskan bahwa kalian tidak pernah berbuat sembunyi-sembunyi di belakangku. Kalian tidak pernah diam-diam hanya jalan berdua. Kalian bertemu hanya ketika menghadiri pesta ulang tahun seorang teman atau di acara kumpul-kumpul dengan teman lama. Aku percaya kamu telah merebutnya secara terhormat: dengan menunjukkan bahwa kamu ada untuknya saat dia membutuhkan. Aku percaya, karena itulah yang aku lakukan ketika hubungan kalian berakhir, setahun yang lalu. Aku menjadikan diriku sahabat nomor satu untuknya. Sedemikianrupa sehingga dia tidak memilih untuk kembali padamu, melainkan mencobaku. Seharusnya sejak awal aku sudah tahu. Dia menyebut namamu dan bercerita tentangmu tanpa bisa dihentikan. Setiap kali aku melakukan sesuatu untuknya, dia akan menceritakan apa yang kamu lakukan untuknya. Setiap mendengarkan lagu tertentu, dia akan menceritakan pengalaman kalian berdua. Setiap menemukan hal baru, dia bergegas mencari ponselnya, mengubungimu, menceritakannya padamu.Tapi aku jadi tidak bisa membencimu karena aku tahu, kaulah yang mendorongnya untuk bertahan denganku. Mengajarinya untuk bersabar setiap kami bersitegang. Aku minta maaf bila semua hal itu menyakitimu. Percayalah, aku tidak akan bersamanya setahun lalu jika tidak menyayanginya. Alasan yang sama mengapa kamu bersamanya, dulu dan sekarang. Aku harap kalian berbahagia setelah sekian lama terpisah karenaku. Seandainya tidak ada dia, mungkin kita bisa menjadi sahabat. Tapi setelah semua yang terjadi, lebih baik kita hidup menjaga jarak saja. Kita hanyalah dua orang ketiga dari sudut pandang yang berbeda. Bahagiakan dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar