“ adakah jalan yang sangat terlalu sukar untuk dilalui?”
Pertanyaan
itu menghantarkan ku untuk berfikir dan merenungi apa yang sedang
terjadi sekarang ini. Aku tahu sebuah ketakutan yang mereka rasakan. Aku
tahu sebuah kegelisahan dan pergumulan yang mereka rasakan. Jika aku
terlihat seperti baik – baik saja bukan aku sedang tidak resah dan
sedang tidak gelisah. Bukan sedang tidak takut bahkan berupaya
menyembunyikannya, hanya saja aku kehabisan akal untuk mengungkapkannya
dan akhirnya kupilih untuk diam.
Teman, saat ini
aku ingin kalian tahu. Dalam diam yang sedang kunikmati ini, kalian
datang dalam fikiranku. Bagaimana mereka? Sehat? Atau sedang takut?
Terpilih
sebagai pelayan Tuhan dalam koordinasi ternyata tidak cukup untuk
membuat kita dekat. Tidak cukup untuk membuatku merasakan apa yang
kalian rasakan. Sangat sedih bahkan miris jika memikirkannya. Tapi,
diam- diam aku ingin mengetahui apa yang kalian rasakan. Kalian sedang
takut bahkan mungkin geram. Dan tentunya hidup dalam ketakutan itu
sungguh tidak lah menyenangkan.
Tapi sobat, aku juga ingin kalian tahu, Tuhan sedang memproses segala sesuatu.
Kalian
pasti tahu dengan sangat benar, sebuah bejana melalui sebuah proses
untuk menjadi sebuah bejana yang indah. Dibakar dan dibentuk. Kalian
juga pasti tahu, sehabis pelangi ada hujan, Tuhan menyediakan waktunya,
dan semua indah pada waktunya. Kalian juga mengetahui dengan sangat baik
bahwa Tuhan memberikan ujian iman untuk membuat kita menjadi hamba yang
unggul di dalamNya, kalian juga tahu bahwa dalam sebuah kesulitan Allah
tidak pernah lupa menyisipkan suatu jalan. Kalian pasti tahu itu semua
dengan sangat benar. Tapi satu hal yang kuragukan, apakah kalian memang
benar-benar tahu apa yang sedang Tuhan harapkan dari kita ketika kita
diperbolehkan merasakan ini?. Tidak sedang menguji, aku berkata demikian
karena aku sendiri pun sedang tidak yakin dengan jawabanku.
Gideon,
dipilih Allah menjadi hambaNya. Gideon takut bahkan meragukan Tuhan
atas panggilan itu. Tahu bahwa Gideon masih takut, Tuhan justru ingin
dia menghadapi orang-orang sekampungnya sebelum ia menghadapi musuh di
medan perang. Namun Gideon hanya berani melakukan perintah Tuhan di
malam hari. Tapi Tuhan tidak marah . Karena satu hal; karena meski lemah iman, Gideon tetap menaati Allah (Hakim-Hakim 6: 27).
Teman,
bukan tidak mungkin Allah mengizinkan kita merasakan bahkan ada dalam
kesulitan ini sekarang untuk sebuah rencana besar. Gelisah dan geram
melihat situasi yang sedang kita rasakan. Apakah itu hanya sekedar untuk
dilihat? Aku rasa bukan. Tapi Tuhan mengharapkan kita untuk bertindak
atas semua itu. Tuhan memanggil kita menjadi pelayanNya, bukan hanya
menjadi pelayan biasa yang duduk dan melayani. Meski berat, bahkan
sukar sekalipun tapi kita sudah memilih jalan itu bukan.
Menerobos
suatu tradisi yang biasa dilakukan orang demi membangun nilai-nilai
baru berdasarkan kebenaran memang tidak mudah. Tidak banyak orang yang
bisa melakukan itu. Tidak banyak orang yang berani bahkan juga aku. Tapi
jika demikian, apakah kita hanya akan menyerah dan hanya membawa
ketakutan ini kepadaNya?? Jika karena hanya takut, apakah cukup bagi
kita menjadi seorang penonton saja?
Allah tidak ingin kita menyerah pada keadaan. Tapi menginginkan kita sebagai pemenang.
Jika
jalannya terlalu sukar, maka kita hanya perlu meminta kekuatan untuk
tetap bisa bertahan di jalan itu. Jika jalan itu terlalu menakutkan,
kita hanya perlu meminta peneguhan iman bahwa hanya Tuhan yang lebih
berkuasa.
Teman, ini terakhir dari yang aku fikirkan
tentang kita. Ternyata Dia tidak ingin kita hanya menjadi sekedar
pemenang saja, bukan semata-mata menang saja. Allah tidak tertarik
untuk memberikan kemenangan begitu saja. Kita dipanggil dan disertai.
Jika takut hadapilah. Meski gentar mari tetap taat. Dan melakukannya
dengan cara yang benar menurut pandangan Allah.
Dan akhirnya ttaplah berjuangMiss u all :(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar