Pembangunan belakangan ini kadangkala justru menciptakan masalah
baru, yakni munculnya keterbelakangan dan tidakada hasil yang konkret
yang bisa ditunjukkan secara faktual. Sebenarnyabagaimana sih seharusnya
pembangunan yang manusiawi itu? Saya ingin berikansalah satu analogi
pada pembangunan fisik, yakni dalam suatu kawasan pendidikanJatinangor.
Barangkali sudah secara paripurna kita mengamati dan menyadaribahwa
telah ada pembangunan yang masif dan cukup cepat jangka waktunya.
Pembangunandalam hal ini telah mengubah lahan-lahan pertanian
spesifiknya persawahan yangkemudian dialihfungsikan menjadi
bangunan-bangunan baru seperti apartemen danpusat hiburan atau
perbelanjaan. Secara praktis bisa jadi pembangunan ini
dinyatakanproduktif sebab hal ini bisa meningkatan pertumbuhan ekonomi
di kawasanJatinangor. Atau di sisi lain, bila kita merujuk kepada teori
pembangunankapitalistik yang meninjau bahwa pembangunan ekonomi itu
harus didasarkankepada kebutuhan pasar, maka memang pembangunan
infrastruktur sepertiapartemen, pusat perbelanjaan, pusat hiburan, dan
kos-kosan elit menjadi wajar,tepat guna, dan tepat sasaran.
Namun,bila kita coba masuk dalam pola pikir yang tidak populer, maka
kita akanmenemukan sisi lain dari pembangunan. Pertama, dari proses alih
fungsi lahankita akan menemukan ada masyarakat terdahulu yang menjadi
pengelola sawah ataumungkin pemilik rumah di kawasan tersebut. Dan
sekelompok masyarakat ini padadasarnya telah menerima imbalan akan lahan
yang mereka miliki. Singkat pikirkita akan beranggapan bahwa adil-adil
saja dan tidak ada masalah. Toh, mereka sudah mendapatkan
imbalanatas tanah yang sebelumnya mereka miliki. Tapi kalau mau bicara
tentangpembangunan yang manusiawi, bagi penulis dalam proses membeli
tanah dari sekelompokmasyarakat pemilik tanah, pembeli seharusnya
memikirkan tentang kapabilitasdana tersebut untuk membangun kehidupan si
pemilik tanah manakala mereka akanberpindah ke tempat lain. Sehingga,
para pembeli tanah atau dalam kata lainpemilik modal tidak semata-mata
berpikir tentang keuntungannya dari pembangunanyang akan dia lakukan.
Melainkan, para pemilik modal akan lebih memperhatikandana yang cukup
bagi para pemilik tanah dan sekaligus tidak merugikan pemilikmodal bila
dibandingkan dengan perkiraan keuntungan yang akan pemilik modaltersebut
dapatkan.
Jadi,sederhananya pembangunan akan
memberikan keuntungan pada semua pihak tidak hanyabagi segelintir orang.
Dan sorotan dari pembangunan tidak lagi hanya berkutatpada ruang-ruang
ramai melainkan lebih menyeluruh dalam memperhatikan kawasanyang menjadi
sasaran pembangunan. Barangkali bila pola pikir pembangunan sudahmenuju
ke arah sana, maka membangun akan lebih hati-hati, memperhatikan
banyaksisi, dan diusahakan untuk menguntungkan sebanyak-banyaknya pihak.
Inilahpembangunan yang penulis pikir sebagai pembangunan yang akan
mewujudkanpemerataan itu sendiri. Memang, pada umumnya pembangunan
menurut banyak pihakdisamakan atau disejajarkan dengan pertumbuhan
ekonomi. Padahal, pertumbuhanekonomi saja tidak cukup karena segelintir
orang kaya bisa menciptakanpertumbuhan ekonomi yang melesat tinggi namun
jangan sampai kita terlena karenaternyata tetap atau meningkatnya
jumlah pengangguran dan kemiskinan seringdiabaikan hanya karena
indikator yang sedemikian rupa.
Pembangunanmanusiawi
dan adil memang membutuhkan pola pikir dan pandangan yang futuristikdan
komprehensif dari setiap pelaku pembangunan. Memang tidak mudah,
tetapisetidaknya bila pembangunan manusiawi dan adil ini bisa
dilakukanperlahan-lahan maka kesejahteraan bisa lebih merata, bisa lebih
konret danfaktual, serta bisa lebih permanen hasilnya. Bukankah hal ini
cukup baik.Namun, di samping itu semua penulis merasa hal ini hanya
sebuah refleksipemikiran sementara. Sehingga, bagi penulis manakala ada
kritik dan jugasanggahan dari siapa saja maka masih akan sangat
mempengaruhi pemikiranpenulis. Sebab pikiran penulis tidaklah sempurna,
dan penulis sadar bahwakritik dan saran akan mengarahkan gagasan-gagasan
bersama mendekati kata sempurna.Silahkan dipikirkan dan didiskusikan.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar