Kamis, 01 Agustus 2013

Dari Iklan ke Dunia Maya

Tentu kita semua prnah lihat iklan salah satu produk mie yang mendeskripsikan seorang anak yang disuruh oleh ayahnya untuk berbohong bahwa dia sudah tidak punya Ayah karena sang Ayah takut di ajak untuk ikut serta gotong royong membersihkan lingkungan. Sambil menangis anak itupun berbohong kepada seorang Lurah yang nyatanya bukan untuk mengajak kerja bakti melainkan untuk makan mie bersama.
Sepintas iklan ini hanya sebagai lelucon saja, yang membuat penontonnya tertarik pada produk yang dipromosikan lewat iklan tv tersebut, tapi bila kita coba tanggapi serius, kelakuan yang diangkat dalam iklan tersebut sungguh miris dan sangat tidak baik. Dan ini mengingatkan saya apabila ada kerja bakti yang dilakukan di komplek, tiba-tiba saja ada banyak alasan yang lahir. Alasan itupun bermacam-macam hingga meyakinkan orang-orang bahwa dia memang berhalangan. Apakah ini lah gambaran masyarakat Indonesia. Apa ini adalah perwakilan watak indonesia yang sebenarnya. Entahlah, kita perlu bertanya pada diri pribadi kita masing-masing. Nah, bila kita bawakan kedalam hal berhubungan dengan pemerintahan kita saat ini, apakah juga demikian? Apakah pemerintah dan para elemen lain yang berhubungan didalamnya juga akan memberi berbagai alasan demi alasan ketika dituntut bekerja untuk rakyat, diharapkan perjuangannya sepenuhnya untuk kesejahterahan dan kemakmuran bangsa dan negara? Hal ini bukan tuduhan atau sangkaan, itu hanya sebuah pertanyaan yang perlu dijawab dengan tindakan-tindakan nyata yang bukan berupa janji atau bualan belaka.

Adakah mereka bekerja benar-benar bukan karena uang, bukan karena kekuasaan yang indah dan manis, bukan karena pujian-pujian? Apakah ada keinginan berbakti untuk rakyat tanpa imbalan. Kalau melihat yang tampak selama ini dan memang tidak semua karena saya yakin ada saja 1 dari 1000 elemen pemerintah yang masih punya hati nurani, masih kebanyakan tidak ada kerja bakti dalam hatinya. Ya sedangkan telah dberikan gaji yang cukup besar masih saja haus akan gelimang harta yang jalan masuknya tidak sah.

Berbicara tentang wakil rakyat, yang mewakili rakyat dalam hidup politik dan pemerintahan saja tidak ada yang mau bekerja bila tidak dibayar. Saya rasa agak berlebihan bila kita memberikan label Dewan Perwakilan Rakyat pada mereka. Mewakili rakyat yang miskin dan susah mereka sudah gagal saya rasa. Mereka tidak merasakan keterpurukan rakyat yang mereka wakili.

Rapat-rapat yang diadakan para wakil rakyat ini saya rasa hanya sekedar rapat yang dijadikan jalan untuk uang masuk mereka, bukan benar-benar keinginan hati untuk membahas nasib rakyat yang mereka wakili.

Sejauh mana pemerintah kita mengenal rakyat dan mengetahui serta merasakan keberadaan mereka? Sangat jauh karena selalu dihambat oleh jurang-jurang yang isinya penuh dengan harta dan manisnya tahta yang disandang.


Saya berkata demikian karena saya memandang demikian. Bila ingin menyanggah ini saya bosan bila masih saja ditanggapi dengan debat yang berbahasa teori yang membuat rakyat bingung. Saya yakin kalian pintar tapi jangan mau membodohi rakyat. Distribusikanlah kepintaran anda. Dan sekali lagi bila ingin menyanggah jangan dengan kata-kata, karena rakyat bosan dengan itu. Rakyat butuh tindakan nyata dan hasil yang benar-benar konkret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar