Tentu kita semua prnah lihat iklan salah satu produk mie yang
mendeskripsikan seorang anak yang disuruh oleh ayahnya untuk berbohong
bahwa dia sudah tidak punya Ayah karena sang Ayah takut di ajak untuk
ikut serta gotong royong membersihkan lingkungan. Sambil menangis anak
itupun berbohong kepada seorang Lurah yang nyatanya bukan untuk mengajak
kerja bakti melainkan untuk makan mie bersama.
Sepintas iklan ini
hanya sebagai lelucon saja, yang membuat penontonnya tertarik pada
produk yang dipromosikan lewat iklan tv tersebut, tapi bila kita coba
tanggapi serius, kelakuan yang diangkat dalam iklan tersebut sungguh
miris dan sangat tidak baik. Dan ini mengingatkan saya apabila ada kerja
bakti yang dilakukan di komplek, tiba-tiba saja ada banyak alasan yang
lahir. Alasan itupun bermacam-macam hingga meyakinkan orang-orang bahwa
dia memang berhalangan. Apakah ini lah gambaran masyarakat Indonesia.
Apa ini adalah perwakilan watak indonesia yang sebenarnya. Entahlah,
kita perlu bertanya pada diri pribadi kita masing-masing. Nah, bila kita
bawakan kedalam hal berhubungan dengan pemerintahan kita saat ini,
apakah juga demikian? Apakah pemerintah dan para elemen lain yang
berhubungan didalamnya juga akan memberi berbagai alasan demi alasan
ketika dituntut bekerja untuk rakyat, diharapkan perjuangannya
sepenuhnya untuk kesejahterahan dan kemakmuran bangsa dan negara? Hal
ini bukan tuduhan atau sangkaan, itu hanya sebuah pertanyaan yang perlu
dijawab dengan tindakan-tindakan nyata yang bukan berupa janji atau
bualan belaka.
Adakah mereka bekerja benar-benar bukan karena
uang, bukan karena kekuasaan yang indah dan manis, bukan karena
pujian-pujian? Apakah ada keinginan berbakti untuk rakyat tanpa imbalan.
Kalau melihat yang tampak selama ini dan memang tidak semua karena saya
yakin ada saja 1 dari 1000 elemen pemerintah yang masih punya hati
nurani, masih kebanyakan tidak ada kerja bakti dalam hatinya. Ya
sedangkan telah dberikan gaji yang cukup besar masih saja haus akan
gelimang harta yang jalan masuknya tidak sah.
Berbicara tentang
wakil rakyat, yang mewakili rakyat dalam hidup politik dan pemerintahan
saja tidak ada yang mau bekerja bila tidak dibayar. Saya rasa agak
berlebihan bila kita memberikan label Dewan Perwakilan Rakyat pada
mereka. Mewakili rakyat yang miskin dan susah mereka sudah gagal saya
rasa. Mereka tidak merasakan keterpurukan rakyat yang mereka wakili.
Rapat-rapat
yang diadakan para wakil rakyat ini saya rasa hanya sekedar rapat yang
dijadikan jalan untuk uang masuk mereka, bukan benar-benar keinginan
hati untuk membahas nasib rakyat yang mereka wakili.
Sejauh mana
pemerintah kita mengenal rakyat dan mengetahui serta merasakan
keberadaan mereka? Sangat jauh karena selalu dihambat oleh jurang-jurang
yang isinya penuh dengan harta dan manisnya tahta yang disandang.
Saya
berkata demikian karena saya memandang demikian. Bila ingin menyanggah
ini saya bosan bila masih saja ditanggapi dengan debat yang berbahasa
teori yang membuat rakyat bingung. Saya yakin kalian pintar tapi jangan
mau membodohi rakyat. Distribusikanlah kepintaran anda. Dan sekali lagi
bila ingin menyanggah jangan dengan kata-kata, karena rakyat bosan
dengan itu. Rakyat butuh tindakan nyata dan hasil yang benar-benar
konkret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar